Hibata.id – Sebanyak 18 siswa Sekolah Rakyat (SR) di Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Sulawesi Tenggara, diduga mengalami gangguan kesehatan usai santap siang bersama pada Selasa (14/10/2025).
Setelah mendapat perawatan medis di puskesmas, seluruh siswa kini telah diperbolehkan kembali ke sekolah.
Kepanikan sempat terjadi di lingkungan sekolah karena insiden itu awalnya diduga sebagai keracunan makanan massal.
Namun, pihak sekolah menegaskan bahwa gangguan kesehatan para siswa bukan disebabkan oleh makanan, melainkan faktor psikologis akibat stres dan kelelahan.
Kepala Sekolah SR Buton Tengah, Saruji, membenarkan adanya 18 siswa yang sempat mengalami gangguan kesehatan, terdiri dari 10 perempuan dan 8 laki-laki dari total 150 siswa.
“Iya benar, ada beberapa siswa kami yang sempat drop kesehatannya. Semuanya sudah ditangani tenaga medis dan kini diperbolehkan kembali beraktivitas seperti biasa,” kata Saruji saat dikonfirmasi, Rabu (15/10/2025).
Ia menjelaskan, gangguan kesehatan itu dipicu oleh faktor non-medis, terutama karena beberapa malam terakhir terjadi pemadaman listrik di asrama.
Kondisi tersebut membuat sebagian siswa ketakutan dan kurang tidur.
“Beberapa malam ini lampu sering padam. Sejumlah siswa panik, ada yang histeris bahkan sempat kesurupan. Karena stres dan kelelahan, daya tahan tubuh mereka menurun sehingga muncul gejala seperti mual dan pusing,” jelasnya.
Saruji menegaskan, dugaan keracunan makanan tidak terbukti.
“Kalau keracunan, tentu bukan hanya 18 siswa yang terdampak. Jadi ini murni karena stres dan faktor lingkungan,” tegasnya.
Penjelasan Tenaga Medis

Tenaga medis dari Puskesmas Wakambangura, dr. Nur Rahma, membenarkan pihaknya menangani beberapa siswa dengan keluhan mual dan sakit perut pada Selasa siang.
“Mereka datang sekitar pukul 14.00 dengan keluhan perut tidak enak dan tiga orang sempat mual. Setelah diberikan obat dan cairan, kondisi mereka membaik dalam waktu kurang dari satu jam,” ujar dr. Rahma.
Sementara itu, dokter Ikhwan Asrin Ali Mansur dari Puskesmas Mawasangka mengatakan pihaknya juga menangani enam siswa dengan gejala serupa. Namun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya tanda-tanda keracunan makanan.
“Kalau keracunan biasanya disertai muntah terus-menerus, diare, demam, dan pusing akibat infeksi bakteri. Kondisi mereka stabil, hanya lemas karena kurang istirahat. Kami lakukan rehidrasi dan pemberian infus ringan,” terangnya.
Kondisi Siswa Telah Stabil
Pihak sekolah memastikan seluruh siswa yang sempat mengalami gangguan kesehatan kini sudah dipulangkan dan kembali dipantau oleh guru serta petugas kesehatan sekolah.
“Semua sudah sehat. Kami tetap memantau dan memastikan pola makan serta istirahat siswa terjaga,” kata Saruji menambahkan.
Pemerintah daerah bersama Dinas Kesehatan Buton Tengah juga dijadwalkan melakukan pemantauan lanjutan untuk memastikan tidak ada gangguan kesehatan susulan di lingkungan sekolah tersebut.












