Hibata.id – Desa Balayo, Kecamatan Patilanggio, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, bukan sekadar titik tambang di peta. Di balik hiruk-pikuk aktivitas pertambangan emas tanpa izin (PETI) di desa itu, tersembunyi operasi gelap yang rapi, terstruktur, dan—yang paling mencengangkan—berpelindung seragam hukum.
Pusat kendalinya dikenal dengan sebutan “Tim Joker”—sebuah kelompok mafia pertambangan yang lihai merebut “atensi”: istilah halus untuk suap keamanan agar para pelaku PETI bisa menggali emas tanpa gangguan. Di Pohuwato, uang adalah pelicin hukum, dan Tim Joker tahu betul cara memainkannya.
Sumber Hibata.id menyebut, kelompok ini mulai menguasai tambang Balayo setelah insiden penangkapan alat berat pada Minggu malam, 13 April 2025 lalu. Satu unit excavator, diduga milik pengusaha tambang ilegal bernama Ka Uwa, sempat dipasangi garis polisi.
Prosedur seharusnya membawa alat berat itu ke Polres Pohuwato. Tapi, anehnya, di tengah jalan, perintah berubah: alat dialihkan ke Polsek Patilanggio. Di situlah segalanya menjadi janggal. Hanya beberapa jam ditahan, alat berat itu kembali melenggang bebas—tanpa penjelasan. Tak ada surat resmi, tak ada konferensi pers.
Hibata.id pernah melakukan upaya konfirmasi kepada Kapolsek Patilanggio, Ipda Yudi Srita Salim, tetapi hasilnya nihil. Pesan WhatsApp dan panggilan telepon tak digubris. Begitu pula dengan Ka Uwa. Pengusaha tambang yang namanya disebut-sebut sebagai pemilik alat berat itu memilih bungkam. Telepon tak dijawab.
Sumber kami menduga keras, pelepasan alat berat itu tak lepas dari campur tangan Tim Joker. “Mereka bukan pemain sembarangan,” ujar sumber. Tim ini, katanya, memiliki jaringan yang menjangkau ke dalam tubuh aparat penegak hukum. Salah satu tim lapangan mereka pernah menjadi Presiden BEM di sebuah kampus swasta ternama di Gorontalo.
Lebih dari itu, nama besar yang disebut-sebut ada di belakang Tim Joker bukan sembarangan. Ia diyakini memiliki jabatan nomor satu di sebuah institusi hukum negara. Dukungan itu yang memungkinkan operasi tambang ilegal di Balayo berjalan mulus—nyaris tanpa hambatan hukum.
Namun Tim Joker bukan satu-satunya pemain di gelanggang tambang ilegal Balayo. Sebelumnya ada kelompok lain yang juga memiliki jaringan kuat dan menguasai wilayah itu. Tapi peta berubah sejak “orang kuat” di institusi hukum yang lama diganti oleh figur baru—yang diduga sebagai sponsor utama gerakan Tim Joker.
Perebutan kekuasaan ini tak ubahnya drama berdarah dingin. Yang dipertaruhkan bukan hanya akses tambang, tapi juga pundi-pundi besar: setoran keamanan yang ditarik dari pelaku usaha tambang. Nilainya menggiurkan—mencapai Rp50 juta per alat berat per bulan. Jika satu operator memiliki dua alat, ia wajib setor Rp100 juta. Tak heran, dua kelompok ini kini saling serang: dari gerakan massa hingga manuver hukum.
Di tengah ketegangan antar geng, tambang ilegal Balayo tetap menggali bumi. Pohuwato tak hanya kehilangan emasnya, tapi juga wibawa hukumnya.