Hibata.id – Saat ini Kota Gorontalo semacam tidak pernah tidur. Di antara riuh kendaraan dan aroma kuliner jalanan, sekelompok anak muda berjalan pelan menuju Kantor Wali Kota.
Mereka datang bukan untuk berswafoto, apalagi meminta bantuan — mereka datang membawa harapan, izin untuk berjualan.
Wajah-wajah mereka menandakan sesuatu yang lebih besar dari sekadar mencari rezeki. Ini tentang ruang hidup, tentang kesempatan agar kreativitas mereka tidak terhenti di batas aturan yang kaku.
Dan malam itu, Adhan Dambea, Wali Kota Gorontalo, menjawab dengan cara yang jarang dilakukan pejabat publik. Ia membuka pintu, bukan menutupnya.
“Jangankan di trotoar, di halaman kantor wali kota pun boleh,” katanya dengan nada lugas, Senin malam (03/11/2025).
“Mulai malam ini, sudah dibuka untuk UMKM yang ingin berjualan.” ujarnya
Dalam satu kalimat sederhana itu, Adhan tidak hanya memberi izin — ia memberi pesan yang kuat. Pemerintah tidak boleh menjadi penghalang kreativitas warganya apalagi anak muda.
Di tengah situasi ekonomi yang menekan, keputusan seperti ini terasa segar. Sebab, di banyak kota lain, aparat sering kali lebih sibuk menertibkan pedagang kecil ketimbang menata ruang agar mereka tetap bisa hidup.
Namun di Gorontalo, halaman kantor wali kota kini bisa menjadi pasar kecil, tempat anak muda menjajakan kopi, kuliner atau kerajinan tangan hasil karya mereka sendiri.
Langkah Adhan Dambea ini bukan sekadar soal ekonomi. Ia sedang membangun ekosistem kepercayaan — bahwa anak muda bisa dipercaya menjaga ruang publik tanpa harus dicurigai.
Bahwa kreativitas bisa menjadi benteng melawan kriminalitas.
Karena, seperti katanya, “kalau anak muda sibuk berjualan dan berinovasi, mereka tidak punya waktu untuk berpikir ke hal-hal negatif.”
Kebijakan ini pun disambut antusias. Banyak komunitas pemuda menyebut langkah tersebut sebagai, “angin baru bagi UMKM Gorontalo.”
Di media sosial, dukungan mengalir. Warganet menilai Adhan sebagai pemimpin yang paham denyut warganya. Bukan hanya dari laporan di meja kerja, tapi dari percakapan langsung di teras kantornya sendiri.
Lebih jauh, Pemerintah Kota Gorontalo juga berencana menyiapkan titik-titik strategis lain untuk kegiatan ekonomi kreatif.
Artinya, ruang kota tidak lagi eksklusif bagi pejabat atau proyek beton, tetapi juga bagi warung kopi, stan kuliner, dan kios kecil yang hidup dari energi anak muda.
Dan mungkin di situlah letak esensi kepemimpinan yang sesungguhnya: bukan hanya membangun kota, tapi menumbuhkan kehidupan di dalamnya.













