Hibata.id – Angka stunting di Kota Gorontalo melonjak tajam hingga mencapai 31,2 persen, jauh di atas rata-rata nasional yang berada di angka 19,8 persen. Pemerintah Kota menyebut kondisi ini sebagai darurat kesehatan yang harus ditangani secara masif dan berkelanjutan.
“Artinya, dari setiap 100 balita di Kota Gorontalo, 31 anak mengalami stunting. Ini bukan angka kecil,” kata Sekretaris Daerah Kota Gorontalo, Ismail Madjid, saat membuka Gerakan Cegah Stunting di halaman kantor Dinas Kesehatan, Selasa, 30 September 2025. Ia hadir mewakili Wali Kota Gorontalo, Adhan Dambea.
Ismail menekankan bahwa percepatan penanganan stunting tak bisa bergantung pada satu sektor saja. Diperlukan kerja lintas instansi dan dukungan dari semua pemangku kepentingan. “Ini bukan sekadar isu kesehatan, tapi soal keberlangsungan pembangunan,” ujarnya di hadapan jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD), camat, lurah, tenaga kesehatan, dan organisasi profesi.
Menurut dia, Pemkot Gorontalo telah menyiapkan serangkaian intervensi, mulai dari pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri dan ibu hamil, peningkatan mutu layanan kesehatan, pemantauan tumbuh kembang balita, hingga edukasi tentang gizi dan pola pengasuhan anak.
Ia juga menyoroti pentingnya data yang cepat dan akurat sebagai dasar pelaksanaan program. Tanpa data yang baik, kata Ismail, kebijakan bisa salah sasaran. “Kalau anak-anak kita gagal tumbuh hari ini, besok pembangunan ikut gagal,” katanya.
Ismail mengajak seluruh elemen masyarakat—baik pemerintah, swasta, maupun komunitas—untuk menjadikan penurunan stunting sebagai gerakan bersama. “Kita tidak bisa menunggu. Penanganan stunting harus dilakukan sekarang, secara menyeluruh dan berkesinambungan,” ujarnya menutup pidato.












