Scroll untuk baca berita
HeadlineLingkungan

BIOTA Ajak Semua Pihak Wujudkan Kota Ramah Burung Migrasi di Gorontalo

×

BIOTA Ajak Semua Pihak Wujudkan Kota Ramah Burung Migrasi di Gorontalo

Sebarkan artikel ini
Burung Jalak Tunggir Merah (Scissirostrum dubium) merupakan burung endemik yang memiliki habitat di beberapa wilayah di Pulau Sulawesi. Foto : 4raptor.wordpress.com/Hibata.id
Burung Jalak Tunggir Merah (Scissirostrum dubium) merupakan burung endemik yang memiliki habitat di beberapa wilayah di Pulau Sulawesi. Foto : 4raptor.wordpress.com/Hibata.id

Hibata.id – Memperingati Hari Burung Bermigrasi Sedunia (World Migratory Bird Day/WMBD) 2025, Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (BIOTA) menggelar kegiatan pengamatan burung di Danau Limboto.

Kegiatan ini menjadi ajakan nyata kepada pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk menciptakan kawasan ramah burung sebagai bentuk adaptasi ekologis di tengah pesatnya pembangunan.

Scroll untuk baca berita

Sekretaris BIOTA, Rosyid Azhar, menyampaikan bahwa tata ruang kawasan perkotaan dan perdesaan harus mempertimbangkan keberadaan burung migrasi yang membutuhkan habitat aman untuk beristirahat, mencari makan, dan berkembang biak.

“Pengamatan burung ini kami lakukan pada Minggu lalu di Danau Limboto. Kami ingin mendorong semua pihak agar merancang wilayah kota dan desa yang ramah terhadap burung, serta memungkinkan manusia dan satwa liar hidup berdampingan,” kata Rosyid di Gorontalo, Kamis (12/6/2025).

Baca Juga:  Pendidikan Agama sebagai Pilar Adaptasi Perubahan Iklim

Ia mencontohkan pentingnya pembangunan hutan kota, ruang terbuka hijau, dan penanaman pohon di sekitar gedung perkantoran dan kawasan pemukiman.

Ruang hijau tersebut, selain menjadi habitat satwa, juga berfungsi mengurangi suhu panas, memperbaiki kualitas udara, serta bisa dikembangkan sebagai objek wisata alam dan lokasi penelitian.

“Kawasan hijau menjadi bagian dari strategi adaptasi lingkungan dan pelestarian burung migrasi. Danau Limboto sendiri merupakan titik persinggahan penting bagi burung migrasi di Gorontalo,” jelasnya.

BIOTA menilai bahwa kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, jurnalis, dan masyarakat sipil sangat penting dalam menciptakan ekosistem yang seimbang, terutama di tengah tekanan pembangunan infrastruktur dan ekspansi pemukiman.

Baca Juga:  Saksi Ahli: Bantuan Masjid oleh Hamim Pou Bukan Tindak Korupsi

“Burung migrasi menghadapi tantangan serius akibat perubahan bentang alam dan aktivitas manusia. Perencanaan wilayah yang tidak ramah dapat meningkatkan risiko kematian burung karena menabrak gedung atau kehilangan habitat alami,” ujar Rosyid.

Kolaborasi

Anggota BIOTA, Danny Rogi, menambahkan bahwa pengembangan wilayah perlu memperhatikan aspek keberlanjutan demi menjaga keseimbangan antara pembangunan dan konservasi.

Ia menekankan bahwa lingkungan alami di tengah kota akan memperkuat ketahanan ekosistem lokal dan mendukung keanekaragaman hayati.

“Lingkungan yang sehat mendukung kehidupan burung dan memberikan manfaat bagi manusia, seperti udara bersih dan iklim mikro yang stabil,” tuturnya.

Dalam kegiatan WMBD 2025 ini, BIOTA juga berkolaborasi dengan Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Simpul Gorontalo serta Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Gorontalo, untuk meningkatkan kesadaran publik melalui media.

Baca Juga:  Aktivitas PETI Hulawa Berdampak Buruk ke Petani Sawah di Duhiadaa

Danau Limboto dipilih sebagai lokasi pengamatan karena merupakan salah satu habitat penting burung migrasi di Indonesia bagian timur.

Danau ini membentang di dua wilayah administratif, yaitu Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo, dan memiliki nilai ekologis tinggi bagi migrasi burung dari Asia ke Australia.

BIOTA berharap perayaan WMBD 2025 dapat menjadi momentum bagi seluruh pemangku kepentingan di Gorontalo dan Indonesia untuk mengambil langkah nyata dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kehidupan burung migrasi dan keberlanjutan ekosistem secara menyeluruh.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel
Example 120x600