Scroll untuk baca berita
Kuliner

Bubur Tinutuan, Perpaduan Sayur dan Rempah Khas Tanah Minahasa

×

Bubur Tinutuan, Perpaduan Sayur dan Rempah Khas Tanah Minahasa

Sebarkan artikel ini
Bubur Tinutuan Manado, Kuliner Lokal yang Makin Dilirik Pecinta Makanan Sehat. Foto: Hibata.id
Bubur Tinutuan Manado, Kuliner Lokal yang Makin Dilirik Pecinta Makanan Sehat. Foto: Hibata.id

Hibata.id – Tinutuan, yang lebih dikenal sebagai bubur Manado, merupakan salah satu makanan khas Sulawesi Utara yang telah menjadi bagian penting dari tradisi kuliner masyarakat Indonesia.

Sajian bergizi ini umumnya dikonsumsi saat sarapan dan terkenal karena kandungan nutrisinya yang tinggi.

Scroll untuk baca berita

Dalam bahasa daerah Manado, “tinutuan” berarti “campur aduk”, merujuk pada cara pengolahan yang menggabungkan beras dengan berbagai jenis sayuran.

Cita rasa yang khas serta komposisi yang sehat menjadikan tinutuan sebagai pilihan menu sarapan yang digemari di berbagai daerah.

Baca Juga:  5 Olahan Daging Kurban yang Tidak Membosankan

“Kombinasi bahan lokal menjadikan tinutuan sangat cocok untuk menunjang gaya hidup sehat,” kata Abdi Ronal, pecinta kuliner asal Gorontalo, yang kerap menyantap bubur Manado sebagai menu harian.

Bahan utama dalam tinutuan antara lain beras, labu kuning (sambiki), jagung manis, singkong, bayam, kangkung, daun gedi, dan daun kemangi.

Hidangan ini umumnya disajikan bersama pelengkap seperti ikan asin, sambal roa, cakalang fufu, tahu goreng, perkedel jagung, atau nike goreng, yang semakin memperkaya rasanya.

Selain versi bubur murni, masyarakat juga mengenal varian tinutuan yang dicampur dengan mie, dikenal dengan sebutan “midal”. Istilah ini berasal dari gabungan kata “mi” dan “pedaal”—sebutan lokal untuk tinutuan di wilayah Minahasa Selatan, terutama di kalangan sub-etnis Tountemboan.

Baca Juga:  Mie Ayam Kampung Khas Gorontalo, Cita Rasa Autentik yang Menarik Minat Wisatawan

Kreasi modern turut memperluas kekayaan rasa tinutuan. Beberapa penggemar menambahkan sup kacang merah (brenebon) dan tetelan sapi ke dalam bubur, tanpa menghilangkan ciri khas kuliner tradisional tersebut.

“Sekarang tinutuan semakin kreatif. Di Gorontalo, bubur ini disajikan dengan sambal sagela sebagai pelengkap,” ujar Abdi menambahkan.

Lebih dari sekadar makanan, tinutuan telah menjadi simbol identitas budaya masyarakat Manado. Pada masa kepemimpinan Wali Kota Jimmy Rimba Rogi dan Wakil Wali Kota Abdi Wijaya Buchari (2005–2010), tinutuan diresmikan sebagai moto Kota Manado, menggantikan semboyan sebelumnya “Berhikmat”.

Baca Juga:  Serundeng, Cita Rasa Tradisional yang Kini Mendunia dalam Kuliner Modern

Pemerintah Kota Manado melalui Dinas Pariwisata juga telah meresmikan Kawasan Wakeke di Kecamatan Wenang sebagai sentra wisata kuliner tinutuan sejak 2004.

Kawasan ini menjadi destinasi wajib bagi wisatawan yang ingin mencicipi kuliner khas sambil mengenal budaya lokal.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel
Example 120x600