Scroll untuk baca berita
Kabar

Buntut Panggung Drag Race Roboh, Polisi Akan Periksa Panitia

Avatar of Redaksi ✅
×

Buntut Panggung Drag Race Roboh, Polisi Akan Periksa Panitia

Sebarkan artikel ini
Panggung Drag Race yang Roboh. (Foto: Dok. Istw Hibata.id)
Panggung Drag Race yang Roboh. (Foto: Dok. Istw Hibata.id)

Hibata.id – Euforia drag race di Bundaran Panua, Kabupaten Pohuwato, mendadak berubah menjadi kepanikan massal. Panggung utama yang berdiri megah di tengah arena tiba-tiba ambruk saat acara tengah berlangsung, Sabtu, 10 Agustus 2025. Sejumlah pejabat yang berada di atasnya ikut menjadi korban, termasuk Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasatlantas) Polres Pohuwato, Inspektur Satu Jefri Tangahu.

“Bagaimana saya tidak tahu, saya sendiri korbannya,” ujar Jefri saat dikonfirmasi wartawan. Ia mengalami luka lecet di tangan akibat terkena pecahan kaca saat panggung roboh.

Insiden terjadi begitu cepat. Saat itu, panggung dipenuhi tamu undangan, di antaranya Ketua IMI Provinsi Gorontalo, Asisten I Setda Pohuwato, anggota DPRD Nasir Giasi, dan Danramil Marisa. Tiba-tiba, struktur panggung runtuh, membuat para tamu panik menyelamatkan diri di tengah teriakan penonton.

Baca Juga:  PETI Dengilo Masih Beroperasi, Alat Berat Terus Menggali Bumi

Terkait proses hukum, Jefri menyarankan agar penyelidikan diserahkan sepenuhnya kepada Satuan Reserse Kriminal Polres Pohuwato.

Kasatreskrim Polres Pohuwato, Ajun Komisaris Polisi Adrean Pratama, menyebut pihaknya telah mendapat instruksi langsung dari Kapolres untuk menyelidiki insiden tersebut. “Arahan Kapolres adalah melakukan penyelidikan dan memanggil semua pihak terkait,” kata Adrean kepada Hibata.id.

Namun hingga berita ini diturunkan, pihak panitia acara belum memberikan pernyataan resmi. Tak satu pun dari mereka bersedia menjelaskan penyebab robohnya panggung: apakah akibat cuaca, kesalahan teknis, atau kelalaian dalam perencanaan.

Sebuah video yang diunggah akun Facebook Kitty Susan memperlihatkan detik-detik runtuhnya panggung tanpa peringatan. Suasana yang semula riuh oleh suara mesin dan sorak-sorai, seketika berubah menjadi kepanikan. Potongan besi dan papan panggung berserakan di tengah arena, sementara para penonton berhamburan menyelamatkan diri.

Baca Juga:  8 Bulan Menanti, Tukin PPPK Kemenag Gorontalo Dikabarkan Segera Cair

Sejumlah saksi menyebut tidak ada tanda-tanda kerusakan sebelumnya. Begitu struktur mulai bergeser, panggung langsung ambruk. Kru dan penonton pun terjebak dalam situasi kacau.

Yang lebih mengkhawatirkan, ini bukan kali pertama Bundaran Panua menjadi lokasi musibah. Dua bulan sebelumnya, pada ajang Semarak Half Marathon Pohuwato (10 Juni), dua pegawai Bank SulutGo tersengat listrik saat memasang umbul-umbul promosi. Salah satu korban, Amiruddin, meninggal di tempat. Rekannya menderita luka berat.

Dua kejadian ini mempertegas satu hal: Bundaran Panua bukan sekadar ruang publik, tetapi kini menjelma menjadi titik rawan tragedi. Perencanaan yang longgar, pengawasan minim, dan standar keamanan yang dipertanyakan menjadikan setiap perhelatan besar di lokasi ini seolah dihadapkan pada risiko nyawa.

Baca Juga:  Diskon Tarif Listrik PLN 50 Persen 2025, Simak Cara Mendapatkannya

Tragedi di ajang drag race kali ini menambah daftar panjang kelalaian penyelenggaraan event di Pohuwato. Acara yang semestinya menjadi ajang prestise dan kebanggaan daerah, justru menyisakan trauma, luka, dan deretan pertanyaan soal manajemen risiko serta tanggung jawab panitia.

Panggung roboh bukan sekadar kecelakaan teknis. Ia adalah alarm keras bagi semua pemangku kepentingan untuk mengevaluasi prosedur pengamanan acara publik. Jika pola kelalaian ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin Bundaran Panua akan dikenang bukan sebagai pusat keramaian, melainkan sebagai titik musibah yang terus berulang.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel