Hibata.id – Lutfi Haryono, nama yang pernah mengguncang jagat maya karena statusnya sebagai pengemis dengan tabungan ratusan juta rupiah, kembali muncul ke publik.
Bukan di Kota Gorontalo tempat ia dulu viral, melainkan di Pasar Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango.
Pagi itu, suasana Pasar Tapa ramai seperti biasa. Aroma sayur mayur segar bercampur dengan teriakan pedagang menawarkan dagangan.
Di tengah keramaian itu, sosok yang tak asing bagi warganet berjalan pelan menyusuri lorong pasar—kaos hitam lusuh, celana boxer biru, dan tatapan yang tenang namun penuh tujuan.
Dialah Lutfi Haryono. Pria yang dulu dilarang mengemis di Kota Gorontalo setelah diketahui ia menyimpan tabungan ratusan juta rupiah.
Kini, ia seperti “berpindah panggung” ke wilayah tetangga. Video penampakan terbarunya diunggah akun TikTok @goxsandy dan langsung ragam komentar.
Dalam video berdurasi singkat itu, Lutfi tampak mendekati satu persatu pedagang dan pengunjung pasar. Ia sesekali menyodorkan telapak tangan sambil mengucapkan kalimat khasnya—yang dulu yakni memaksa orang iba.
Namun, suasana berbeda terasa kali ini. Alih-alih simpati, banyak warga pasar justru menyorakinya.
“Kenapa mengemis lagi? Kan sudah kaya,” celetuk seorang pembeli. Ada pula ibu-ibu yang dengan lantang memperingatkan pengunjung agar tidak memberikan uang.
Lutfi tetap berjalan, seolah suara-suara itu hanya angin lalu. Yang tak kalah menarik perhatian adalah lebam di mata kirinya.
Publik menduga luka itu akibat pukulan seseorang, namun hingga kini belum ada informasi pasti siapa pelakunya.
Hingga berita ini diterbitkan, Satpol PP Bone Bolango belum memberikan keterangan resmi terkait keberadaan Lutfi di pasar tersebut.
Warga pun kembali mempertanyakan efektivitas penanganan fenomena “pengemis viral” yang meski memiliki kemampuan finansial, tetap memilih mengemis sebagai mata pencaharian.
Nama Lutfi mulai dikenal luas pada awal 2024, ketika aparat menemukan fakta mengejutkan—di balik penampilannya yang sederhana, ia menyimpan tabungan hingga ratusan juta rupiah.
Pemerintah Kota Gorontalo kemudian melarangnya beroperasi di wilayah tersebut, namun kemunculannya di Pasar Tapa membuktikan ia masih aktif mencari “panggung” baru.













