Hibata.id – Meski jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Gorontalo sepanjang Januari hingga Oktober 2025 masih tergolong rendah, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi peningkatan kasus pada musim kemarau.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, Harson Ahudulu mengatakan, total kasus DBD yang tercatat hingga Oktober 2025 belum mencapai 40 kasus.
“Secara umum angka kasus masih terkendali, tetapi kami tetap meningkatkan kewaspadaan. Berdasarkan pengalaman, musim kemarau justru dapat memicu lonjakan kasus DBD jika pencegahan tidak dilakukan sejak dini,” ujarnya di Gorontalo, Senin (20/10/2025).
Dinkes Kota Gorontalo terus melakukan langkah antisipatif, salah satunya menyalurkan bubuk Abate ke seluruh puskesmas di wilayah kota. Abate digunakan untuk memberantas jentik nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor penyakit DBD.
“Abate telah kami distribusikan ke puskesmas agar diteruskan ke masyarakat. Pengendalian jentik harus dilakukan secara rutin untuk memutus siklus nyamuk pembawa virus dengue,” kata Harson.
Ia menyebut Kecamatan Kota Timur dan Kecamatan Kota Utara menjadi wilayah yang mendapat perhatian khusus karena tercatat memiliki kasus DBD tertinggi pada tahun sebelumnya.
Menurut dia, musim kemarau tidak sepenuhnya bebas dari ancaman DBD. Banyaknya penampungan air terbuka dan tumpukan barang bekas di sekitar rumah justru menjadi tempat ideal jentik nyamuk berkembang biak.
“Banyak warga tidak menyadari bahwa sisa-sisa air hujan di kaleng bekas, botol plastik, hingga ban bekas bisa berubah menjadi sarang nyamuk. Ini harus menjadi perhatian bersama,” tuturnya.
Untuk mencegah penyebaran DBD, Dinkes kembali mengingatkan pelaksanaan gerakan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, dan memanfaatkan kembali atau mengubur barang bekas.
Langkah plus yang dimaksud mencakup penggunaan lotion anti-nyamuk, pemasangan kelambu saat tidur, dan menjaga kebersihan lingkungan.
“Kunci pengendalian DBD ada pada peran aktif masyarakat. Kami mengajak warga tidak menunggu ada kasus baru untuk bergerak. Pencegahan jauh lebih efektif daripada pengobatan,” tegasnya.













