Hibata.id – Program Pendidikan Kader Pemimpin Muda Daerah yang diluncurkan Dispora Provinsi Gorontalo menuai kritik dari masyarakat.
Berbagai pihak mempertanyakan efektivitas, transparansi, hingga selektivitas program tersebut dalam menjangkau seluruh organisasi kepemudaan.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Penyuluhan Kepemudaan Dispora Gorontalo, Fredy Ichsan, menyatakan bahwa program ini lahir dari hasil Rembuk Pemuda yang dilaksanakan pekan lalu.
“Kami menerima masukan langsung dari organisasi kepemudaan tingkat provinsi yang menginginkan dukungan dalam proses pengkaderan. Karena itu, kami berinisiatif mengalokasikan bantuan anggaran,” kata Fredy saat ditemui, Minggu (6/7/2025).
Ia menjelaskan bahwa program tersebut juga bertujuan mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) Provinsi Gorontalo yang masih perlu diperkuat secara berkelanjutan.
Salah satu sorotan tajam datang ketika Dispora memilih Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi pertama penerima bantuan. Menurut Fredy, keputusan tersebut murni berdasarkan pertimbangan teknis dan jangkauan peserta.
“HMI memiliki basis massa yang besar di Gorontalo. Ini memudahkan koordinasi, sekaligus menjadi model awal sebelum kami perluas ke organisasi lain,” jelasnya.
“Program ini kami desain untuk inklusif dan berkelanjutan. Semua organisasi kepemudaan akan mendapat giliran secara rotasi,” tegas Fredy.
Program ini ditujukan bagi pemuda berusia 16 hingga 30 tahun, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan.
Dispora menargetkan pemuda aktif dalam organisasi sebagai peserta utama, dengan harapan bisa melahirkan kader pemimpin lokal yang siap bersaing secara nasional.
Namun, transparansi anggaran menjadi pertanyaan publik. Fredy menegaskan bahwa anggaran program belum masuk dalam APBD 2025. Saat ini, dukungan terbatas pada kebutuhan konsumsi.
“Kami sedang mengajukan usulan ke APBD Perubahan 2025 atau APBD 2026. Untuk sementara, pelaksanaan kami sesuaikan dengan kemampuan,” ucapnya.
Dispora Provinsi Gorontalo membuka diri terhadap kritik sebagai bentuk evaluasi. Mereka memastikan bahwa program ini akan terus diperbaiki agar memberi dampak nyata bagi pengembangan kapasitas pemuda Gorontalo.
“Kami ingin membangun kepemimpinan pemuda yang kuat dan relevan bagi kemajuan daerah. Kritik masyarakat menjadi bahan penting untuk memperbaiki desain program kami,” pungkas Fredy.
Dengan keterbukaan dan sistem rotasi, Dispora berharap Pendidikan Kader Pemimpin Muda Daerah bisa menjadi motor penggerak pembangunan pemuda secara menyeluruh di Gorontalo.