Scroll untuk baca berita
Parlemen

Femmy Udoki dan Gagasan Ekonomi Biru untuk Wisata Botubarani

Avatar of Randa Damaling
×

Femmy Udoki dan Gagasan Ekonomi Biru untuk Wisata Botubarani

Sebarkan artikel ini
Anggota DPRD Provinsi Gorontalo, Kristina Mohamad Udoki saat reses masa persidangan pertama tahun 2025–2026 di Desa Botubarani, Senin, 27 Oktober 2025/Hibata.id
Anggota DPRD Provinsi Gorontalo, Kristina Mohamad Udoki saat reses masa persidangan pertama tahun 2025–2026 di Desa Botubarani, Senin, 27 Oktober 2025/Hibata.id

Hibata.id – Gorontalo sedang menatap peluang besar di sektor pariwisata. Kawasan Wisata Hiu Paus Botubarani, yang selama beberapa tahun terakhir menjadi magnet wisatawan.

Kini destinasi itu dihadapkan pada tantangan baru, bagaimana memastikan manfaat ekonomi dari destinasi unggulan itu benar-benar dirasakan masyarakat lokal, terutama pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Dorongan untuk menjawab tantangan tersebut datang dari Anggota DPRD Provinsi Gorontalo, Kristina Mohamad Udoki.

Dalam kegiatan reses masa persidangan pertama tahun 2025–2026 di Desa Botubarani, Senin, 27 Oktober 2025, politisi yang akrab disapa Femmy Udoki itu menegaskan perlunya langkah konkret agar warga sekitar bisa menjadi bagian dari ekosistem wisata yang produktif.

“Wisata Botubarani itu sudah mendunia. Bukan lagi wisatawan di dalam negeri, melainkan ada juga dari luar negeri. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan ruang usaha bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM),” ujar Femmy.

Baca Juga:  Kepatuhan Pajak Rendah, Mikson Yapanto Dorong hingga 80 Persen

Pernyataan itu sejalan dengan arah pembangunan ekonomi daerah berbasis potensi lokal. Wisata bahari seperti Botubarani bukan hanya soal panorama laut dan atraksi hiu paus.

Tetapi juga kesempatan untuk menciptakan rantai ekonomi yang melibatkan masyarakat — dari kuliner tradisional, produk kerajinan, hingga jasa pemandu wisata.

Namun, untuk sampai ke tahap itu, masyarakat perlu menyesuaikan diri dengan perubahan sosial yang datang bersama arus wisatawan global. Femmy menyadari hal itu.

“Masyarakat sekitar juga harus bisa beradaptasi dengan mempersiapkan diri siapa tahu bisa belajar bahasa Inggris. Pelan-pelan torang meningkatkan pengetahuan berbahasa,” pintanya.

Kesadaran akan kebutuhan peningkatan kapasitas masyarakat menjadi hal krusial.

Bahasa, pelayanan, dan kebersihan adalah tiga pilar utama dalam mempertahankan reputasi destinasi wisata internasional. Femmy juga menekankan pentingnya tata kelola berkelanjutan.

Baca Juga:  Komisi III DPRD Provinsi Gorontalo Tinjau Sanitasi Untuk Ponpes

“Saya minta wisata ini kita jaga dan dikembangkan melalui program-program Provinsi. Oleh karena itu, saya undang langsung dari Dinas Pariwisata di sini,” ungkapnya.

Seruan itu tak datang tanpa alasan. Warga setempat, seperti Dani, menyampaikan langsung persoalan klasik yang kerap menghambat pengelolaan wisata pesisir: kebersihan.

“Jadi ibu, kendala kami di sini sampah. Karena, meskipun kami membersihkan ini Wisata, banyak sampah yang dibawa arus dari laut sampai di pinggir pantai di sini.

Kami minta untuk mengatasi sampah yang banyak, agar bisa difasilitasi transportasi sampah seperti truk atau Viar,” ungkap Dani.

Masalah sampah laut bukan hanya urusan estetika. Ia menyangkut keberlanjutan ekosistem laut tempat hiu paus mencari makan, sekaligus menyangkut citra Botubarani di mata wisatawan dunia. Femmy merespons dengan janji yang realistis:

Baca Juga:  Thomas Mopili: Hari Kesaktian Pancasila Momentum Perkokoh Persatuan di Gorontalo

Femmy menyatakan akan segera melakukan koordinasi dengan pihak terkait guna mengakomodasi kebutuhan pengelola Wisata Hiu Paus, terutama untuk menjaga kebersihan lingkungan di kawasan Wisata Botubarani.

Upaya seperti inilah yang seharusnya diperkuat oleh pemerintah daerah dan masyarakat. Wisata Botubarani bisa menjadi model pengembangan pariwisata berkelanjutan di Gorontalo — jika aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial mampu berjalan beriringan.

Kawasan yang dahulu hanya dikenal oleh nelayan setempat, kini menjadi etalase wajah Gorontalo di dunia. Tantangannya bukan lagi soal menarik pengunjung, tetapi memastikan setiap pengunjung membawa manfaat bagi warga dan menjaga laut tetap lestari.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel