Hibata.id – Di sebuah rumah sederhana di Desa Siduwonge, Kecamatan Randangan, tinggal seorang bocah tangguh bernama Ikram Kamsia, yang baru berusia enam tahun. Sejak 2021, Ikram harus berjuang melawan penyakit leukemia.
Sementara itu, kedua orang tuanya berjuang dari sisi lain—melawan keterbatasan ekonomi demi kesembuhan buah hati mereka.
Ayah Ikram hanyalah seorang petani kecil, sedangkan sang ibu kini sepenuhnya fokus merawat putra semata wayangnya. Dengan penghasilan yang pas-pasan, keluarga kecil ini kesulitan memenuhi biaya pendampingan selama pengobatan di luar daerah.
Selama ini, Ikram telah menjalani perawatan tiga kali di RSUD Bumi Panua Pohuwato. Namun, keterbatasan fasilitas rumah sakit daerah untuk menangani leukemia membuat dokter menganjurkan agar Ikram segera dirujuk ke Manado, Sulawesi Utara.
Camat Randangan, Saharudin Saleh mengatakan, Ikram sudah tiga kali dirawat di rumah sakit. Tapi karena keterbatasan fasilitas, dokter menyarankan rujukan ke Manado.
“Sayangnya, biaya perjalanan dan kebutuhan hidup selama perawatan menjadi kendala utama keluarga kecil ini,” ujar Camat Randangan, Saharudin Saleh, Minggu (26/10/2025).
Dijelaskan Saharudin, BPJS Kesehatan hanya menanggung biaya medis selama perawatan, sementara kebutuhan non-medis—seperti akomodasi, transportasi, dan biaya pendamping—tidak termasuk.
Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kecamatan Randangan bersama Pemerintah Desa Siduwonge membuka donasi kemanusiaan untuk membantu Ikram menjalani pengobatan di Manado.
“Alhamdulillah, baru sehari dibuka, donasi sudah mencapai sekitar lima juta rupiah. Kami berharap semakin banyak orang baik yang tergerak membantu,” tutur Saharudin.
Ia juga berharap, ke depan, rumah sakit daerah di Pohuwato dapat dilengkapi fasilitas untuk menangani penyakit berat seperti leukemia, sehingga masyarakat tidak perlu menempuh perjalanan jauh demi mendapatkan layanan kesehatan yang layak.
Saat ini, Ikram masih dirawat di rumah. Tubuhnya mungkin rapuh, tapi senyum kecilnya tetap merekah. Di balik sorot matanya yang lembut, tersimpan semangat besar untuk sembuh dan bermain seperti anak-anak lainnya.
Harapan Ikram kini bergantung pada kepedulian sesama, agar ia dapat segera berangkat ke Manado dan melanjutkan pengobatan demi masa depan yang lebih baik.
Ia adalah simbol keteguhan hati dan harapan yang tak pernah padam, meski hidup penuh keterbatasan.












