Hibata.id – Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Gorontalo Utara, Denindra Chaerunnisa, angkat bicara soal video pendek yang viral di media sosial dan memicu kontroversi. Dalam video itu, Denindra terekam menunjukkan gestur wajah dan gerakan kepala yang dinilai sebagian pihak sebagai ejekan terhadap massa aksi.
Video tersebut diambil saat unjuk rasa Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Gorontalo Utara (AMP-Gorut) di depan kantor DPRD, beberapa waktu lalu. Namun Denindra membantah tuduhan tersebut. Ia menyebut ekspresi tubuhnya hanya respons spontan kepada dua stafnya, bukan sindiran untuk demonstran.
“Mereka memberi semangat dari dekat mobil sound, seperti berkata ‘jangan takut, kami di sini’. Saya membalasnya dengan gerakan bibir dan kepala, seolah menjawab ‘iya, saya tidak takut’,” kata Denindra saat memberikan klarifikasi kepada media, Selasa, 14 Oktober 2025.
Menurut politisi Partai NasDem ini, potongan video yang beredar telah dipisahkan dari konteks aslinya. Ia menyayangkan kesimpulan sepihak yang berkembang, dan menegaskan tak pernah berniat meremehkan peserta aksi. “Saya selalu terbuka terhadap aspirasi. Demonstrasi adalah bagian dari demokrasi yang saya hargai,” ujarnya.
Meski begitu, AMP-Gorut tetap menilai sikap Denindra sebagai bentuk arogansi dan ketidakhormatan terhadap suara rakyat. Dalam aksinya, mereka mengangkat sejumlah isu, mulai dari dugaan calo dalam perekrutan PPPK paruh waktu, upah di bawah UMR, hingga tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) oleh sejumlah perusahaan.
“Kami datang membawa substansi, tapi justru disambut dengan sikap yang mencibir. Ini mencederai semangat demokrasi,” ujar Andi, koordinator aksi.
Mereka juga mendesak Ketua DPW Partai NasDem Gorontalo, Rahmat Gobel, untuk turun tangan. “Kader partai harus menjaga etika publik. Kami minta Pak Rahmat menertibkan anggotanya,” kata Andi.
Menanggapi desakan tersebut, Denindra mengaku siap menerima kritik dan masukan. Ia juga menyampaikan permintaan maaf bila gesturnya menimbulkan tafsir negatif. “Kalau ada pihak yang tersinggung, saya mohon maaf. Tidak ada niat buruk. Mari kita fokus pada persoalan yang lebih substansial,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa unjuk rasa sempat menyerempet ranah pribadi dan keluarga. Meski begitu, sebagai pejabat publik, ia memilih menanggapinya dengan tenang. “Saya percaya, komunikasi yang baik bisa menyelesaikan semua persoalan,” kata Denindra.
Polemik ini mencerminkan tantangan komunikasi di era digital. Di tengah derasnya arus informasi dan potongan visual yang viral, pesan kerap kehilangan konteks. Denindra berharap klarifikasinya dapat meredakan polemik dan membuka ruang dialog yang lebih konstruktif.













