Hibata.id – Harga tomat di pasar tradisional Gorontalo mengalami penurunan drastis. Dari yang sebelumnya mencapai Rp10 ribu per kilogram, kini hanya dihargai Rp3 ribu hingga Rp4 ribu per kilogram.
Kondisi ini turut berdampak signifikan di tingkat petani, Sebab, harga tomat hanya dihargai pedagang sebesar Rp2 ribu per kilogram.
Penurunan harga yang signifikan tersebut membuat banyak petani tomat di Gorontalo terpuruk. Mereka mengeluhkan harga jual yang tidak sebanding dengan biaya produksi.
Sejumlah petani mengungkapkan bahwa biaya operasional mulai dari penanaman, pembelian pupuk, hingga obat-obatan hama, membutuhkan modal besar.
Selain itu, mereka juga harus membeli ratusan ujung bambu sebagai ajir atau patok untuk menopang tanaman tomat.
“Kalau bisa balik modal saja sudah bersyukur, tapi sekarang harganya tinggal Rp2 ribu per kilogram. Bagaimana kalau harganya turun lagi?” ujar Sadam, salah seorang petani tomat di Gorontalo, Minggu (19/1/2025).
Sadam menyebut bahwa anjloknya harga tomat di Gorontalo disebabkan oleh panen raya yang berlangsung serentak di berbagai daerah di provinsi Gorontalo.
Tidak hanya itu, masuknya pasokan tomat dari luar daerah, seperti Sulawesi Utara, turut memperburuk situasi harga di pasar lokal.
“Selain panen raya, banyak tomat dari luar Gorontalo yang masuk. Hal ini membuat harga tomat lokal jatuh drastis,” ungkapnya.
Ia berharap agar kondisi ini tidak terus berlarut-larut. Menurutnya, jika harga tomat terus anjlok, petani akan semakin merugi dan kesulitan untuk menutup modal produksi.
“Kalau harga tetap seperti ini, kami tidak hanya rugi, tetapi juga tidak bisa melanjutkan usaha karena modal tidak kembali,” tuturnya dengan nada kecewa.
Sadam dan petani lainnya berharap adanya perhatian dari bebagai pihak untuk mengatasi persoalan ini. Solusi seperti pengendalian pasokan dari luar daerah atau penyerapan hasil panen oleh instansi terkait menjadi harapan utama mereka.
Hal ini diharapkan dapat menjaga stabilitas harga dan memberikan keadilan bagi petani lokal.
“Kami hanya ingin ada solusi konkret agar harga bisa kembali normal dan tidak terus merugikan petani kecil seperti kami,” kata Sadam.