Hibata.id – Kekerasan terhadap rakyat kecil kembali menodai tanah sendiri. Air mata dan amarah pecah di kawasan tambang emas Pani, Desa Hulawa, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.
Aksi brutal yang diduga dilakukan oleh sekuriti perusahaan tambang—yang diidentifikasi sebagai milik PT Puncak Emas Tani Sejahtera (PETS)—telah menghancurkan pondok dan talang milik penambang rakyat.
Arhan, seorang penambang manual yang menjadi saksi mata kejadian, tak mampu menyembunyikan kekecewaan dan kepedihannya. “Saya lihat langsung kejadian itu kemarin,” ujarnya kepada wartawan Hibata.id, Kamis (24/04/2025).
“Itu lokasi belum dibayar oleh perusahaan. Milik KA Suldani. Tapi setiap kali mereka patroli, langsung hancurkan pondok dan talang milik kami,” sambungnya.
Insiden itu terjadi di area yang dikenal warga dengan sebutan “Mutiara”—wilayah kaya emas yang kini menjadi titik konflik antara warga lokal dan perusahaan tambang.
Meski belum ada penyelesaian hukum atau ganti rugi yang sah, katanya, aparat keamanan perusahaan bertindak seolah-olah semua telah selesai secara legal.
“Tanpa alasan jelas, pondok dan talang kami dibongkar. Mereka bilang ini area perusahaan. Tapi tanah ini belum dibayar! Kami bukan perampok, kami cuma rakyat kecil yang berusaha hidup,” tegas Arhan.
Ia bilang, para penambang rakyat menggantungkan hidup pada hujan yang datang, berharap bisa mengumpulkan serbuk emas demi sekadar bertahan. Namun yang mereka terima justru penggusuran, intimidasi, dan penghancuran alat kerja sederhana.
“Kami mohon perhatian dari pemerintah, dari Bupati Pohuwato sampai ke pusat. Kami punya anak, punya istri. Kalau pondok kami dibongkar, talang kami dihancurkan, lalu kami mau makan apa?” tuturnya lirih.
Bukan hanya alat kerja yang dirusak—yang hilang adalah harapan. Pos penjagaan warga sebelumnya juga ditutup secara sepihak. Kini, kata dia, tenda kuning tempat berteduh para penambang pun ikut dihancurkan.
“Kami masyarakat kecil cuma bisa merintih. Informasi ini sudah sampai ke Pak Prabowo, tapi kenapa belum ada tindakan nyata?” keluh Arhan, menggambarkan frustrasi yang membuncah.
“Ini bukan soal emas. Ini soal kemanusiaan. Kami bukan kriminal. Jangan karena kami kecil, kami dianggap tak punya hak untuk hidup. Tolong, jangan rampas harapan kami,” pungkasnya dengan suara rakyat kecil yang seolah menggema di tengah kebisuan keadilan.
Tanggapan Perusahaan
Menanggapi peristiwa ini, Kurniawan selaku Humas PT Pani Emas Tujuh Sejahtera (PETS)—bagian dari Pani Gold Project—membenarkan adanya pembongkaran oleh tim keamanan perusahaan.
“Tim pengamanan Pani Gold Project hari ini, Kamis, 24 April 2025, menemui beberapa kabilasa yang beraktivitas di area Mutiara, yang merupakan bagian dari konsesi perusahaan,” jelas Kurniawan.
Ia menyebut bahwa lokasi tersebut sebelumnya digarap oleh Zuldani Giasi, yang kini tidak lagi melakukan kegiatan di sana.
“Setelah berdialog, mereka bersedia membongkar sabua dan tidak lagi berkegiatan di lokasi tersebut,” klaimnya.
Menurut Kurniawan, pihak perusahaan telah mengimbau para penambang untuk mengosongkan area itu sejak lama demi alasan keselamatan.
“Sejak Oktober 2023, kami telah memberikan tali asih, dan para kabilasa telah sepakat tidak lagi berkegiatan. Tapi mereka kembali lagi,” ungkapnya.
Ia pun menyampaikan apresiasi kepada warga yang turut mendukung upaya pengendalian kegiatan tambang demi keselamatan bersama.
“Keselamatan merupakan prioritas utama bagi kita semua,” tutup Kurniawan.