Hibata.id – Aspal yang mengelupas, hingga jalur kendaraan yang tak beraturan. Pemandangan itu menyambut Wali Kota Gorontalo, Adhan Dambea, saat ia menjejakkan kaki di Terminal Sentral, pada Senin (21/4/2025) pagi. Terminal yang terletak di antara Kelurahan Limba U I dan Limba U II itu sudah lama luput dari perhatian. Kini, Adhan ingin membenahinya dari bawah: dari aspal yang menjadi pijakan pertama warga.
“Aspalnya akan kita benahi, karena ini mengganggu kenyamanan warga. Terminal ini wajah kota,” kata Adhan saat meninjau langsung kondisi terminal.
Tak menunggu anggaran tahun depan, Adhan sudah memberi lampu hijau kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) untuk mulai bergerak. Instruksinya jelas: cari kontraktor yang siap bekerja lebih dulu, bayar belakangan setelah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) diketok palu.
“Saya sudah bicara dengan PU, pokoknya terminal ini harus dibenahi dulu. Masyarakat harus kembali mau singgah di sini,” ujarnya.
Tapi proyek ini tak sekadar tambal sulam infrastruktur. Adhan punya misi lain: menyapu bersih terminal bayangan yang selama ini tumbuh liar di sudut-sudut kota. Ia menyebut, setelah pembenahan selesai, semua angkot wajib masuk Terminal Sentral. Tak ada lagi mangkal sembarangan, tak ada lagi terminal liar.
“Semua harus masuk di sini. Ini perintah,” katanya, tegas.
Langkah ini bisa menjadi awal penertiban moda transportasi publik di Gorontalo yang kerap dikeluhkan tak tertib dan semrawut. Tapi pertanyaannya kini: secepat apa pembenahan ini akan berjalan, dan mampukah Terminal Sentral mengembalikan marwahnya sebagai simpul utama transportasi kota?