Scroll untuk baca berita
Kabar

Capaian KB Baru di Gorontalo Baru 50 Persen, BKKBN Ungkap Penyebab Ketertinggalan

Avatar of Hibata.id✅
×

Capaian KB Baru di Gorontalo Baru 50 Persen, BKKBN Ungkap Penyebab Ketertinggalan

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi bayi/Hibata.id
Ilustrasi bayi/Hibata.id

Hibata.id – Capaian peserta Keluarga Berencana (KB) baru di Provinsi Gorontalo hingga Agustus 2025 tercatat masih jauh dari target.

Berdasarkan data BKKBN, jumlah pendaftar baru mencapai 10.790 peserta atau 50,82 persen dari target nasional sebanyak 21.190 peserta.

Kepala Bidang Keluarga Berencana BKKBN Provinsi Gorontalo Nengah Wati mengatakan capaian tersebut belum sesuai dengan proyeksi bulanan.

Secara perhitungan, progres ideal pada periode tersebut seharusnya sudah berada di angka 66,82 persen.

“Sekarang baru 50,82 persen, padahal idealnya sudah 66,82 persen. Artinya pencapaian kita masih tertinggal,” ujar Nengah di Gorontalo, Senin (08/12).

Baca Juga:  Hati-hati Memilih Hewan Kurban, Ikuti Tips Berikut Agar Tidak Menyesal

Ia menjelaskan salah satu penyebab rendahnya capaian berasal dari keterbatasan fasilitas kesehatan (faskes) yang tercatat dalam sistem pelaporan resmi.

Meskipun jumlah fasilitas layanan KB cukup banyak, hanya 149 faskes yang terdaftar aktif dan datanya masuk dalam perhitungan capaian.

“Dari sekian banyak faskes di Gorontalo, yang teregistrasi baru 149. Hanya data dari faskes terdaftar yang dihitung sebagai capaian KB,” jelasnya.

Baca Juga:  Logo Milad HMI ke-78: Simbol Keimanan, Ilmu dan Kemakmuran

Nengah menambahkan, sebagian masyarakat memperoleh layanan KB secara mandiri, seperti membeli pil kontrasepsi di apotek atau menerima suntikan di klinik swasta.

Namun layanan tersebut tidak tercatat sehingga tidak masuk ke sistem BKKBN.

Selain persoalan registrasi fasilitas, mobilitas penduduk antarwilayah juga berpengaruh pada rendahnya angka capaian KB di setiap kabupaten.

Banyak peserta KB dari daerah pinggiran memilih fasilitas kesehatan di Kota Gorontalo, namun data layanan tersebut tercatat sebagai capaian kota, bukan daerah asal.

Baca Juga:  Siap-Siap, Peramal India Prediksi Kiamat Terjadi 29 Juni 2024

“Misalnya di Kabila. Pasangan usia subur banyak yang ke kota untuk ber-KB, sehingga data masuk ke fasilitas kesehatan kota, bukan ke daerah asalnya,” kata Nengah.

Kondisi itu menyebabkan beberapa wilayah terlihat masuk kategori merah pada grafik pencapaian KB.

Padahal secara faktual, pelayanan KB tetap berjalan dan masyarakat aktif menggunakan layanan tersebut.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel