Hibata.id – Warga Desa Tolau, Kecamatan Paleleh, Kabupaten Buol akhirnya bisa bernapas lega setelah alat berat jenis ekskavator yang sempat menimbulkan keresahan dipindahkan dari wilayah mereka pada Sabtu (10/5/2025). Proses pemulangan alat berat berlangsung aman dan tertib setelah melalui berbagai upaya koordinasi antara aparat kepolisian, pemerintah kecamatan, serta pemilik alat.
Keberadaan alat berat di jalan produksi desa selama beberapa hari terakhir sempat memicu kemarahan warga. Mereka khawatir alat tersebut digunakan untuk aktivitas pertambangan ilegal yang berpotensi merusak lingkungan, terutama kawasan hulu sungai yang menjadi sumber air bersih bagi Desa Tolau dan Desa Dopalak.
Selain itu, posisi ekskavator yang telah merusak jalan utama menuju kebun dan lokasi pertambangan rakyat juga sangat mengganggu aktivitas harian warga. Namun kini, setelah ekskavator berhasil dipindahkan, suasana kembali kondusif. Warga pun menyampaikan rasa terima kasih mereka kepada pihak-pihak yang telah merespons keluhan dengan serius.
“Kami benar-benar bersyukur. Terima kasih kepada Kapolsek, Camat, dan semua pihak yang sudah mau mendengarkan keluhan kami. Ini adalah bentuk keberpihakan kepada masyarakat kecil,” kata Sahril Senen, tokoh masyarakat Desa Tolau, kepada Hibata.id.
Sahril menambahkan bahwa pemulangan alat berat ini menunjukkan bahwa dialog antara masyarakat dan pemerintah masih bisa berjalan dengan baik apabila ada komitmen bersama. Ia juga berharap agar kejadian serupa tidak kembali terulang di masa mendatang.
“Kami tidak anti pembangunan, tapi setiap aktivitas yang menyangkut wilayah desa harus dikomunikasikan secara terbuka. Jangan sampai masyarakat jadi korban karena kurangnya transparansi,” tegasnya.
Sahril juga menyampaikan terima kasih kepada Bintara Pembina Desa (Babinsa), Lanal Paleleh, Linmas, Sekretaris Desa Tolau, anggota BPD, tokoh pemuda, Green Earth, serta seluruh elemen masyarakat yang telah berperan aktif dalam aksi penolakan terhadap alat berat tersebut.
“Alhamdulillah, alat berat sudah tidak ada lagi di jalan itu. Kami sekarang bisa kembali beraktivitas ke kebun tanpa harus memutar jauh. Ini menunjukkan kalau suara perempuan juga didengar dalam perjuangan ini,” ujarnya dengan nada lega.
Meski begitu, ia berharap ke depan aparat lebih cepat bertindak jika ada potensi gangguan keamanan atau konflik. “Kami bukan mau membuat ribut. Kami hanya ingin menjaga desa ini dari kerusakan. Ini tanah kami, dan kami punya hak untuk mempertahankannya,” ungkapnya.
Warga juga kini berharap agar pemerintah desa hingga kabupaten bisa lebih waspada terhadap potensi penggunaan alat berat di lokasi pertambangan rakyat dan menindak tegas pihak-pihak yang mencoba memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadi.
“Kalau sungai rusak, bukan cuma kami yang rugi. Anak cucu kita juga akan kehilangan sumber kehidupan. Tolong ini jangan dianggap enteng,” ujar Sahril menutup pernyataannya.
Dengan pemulangan alat berat ini, warga Desa Tolau kembali bisa menjalankan aktivitas harian mereka dengan tenang, meski kewaspadaan tetap dijaga agar kejadian serupa tidak kembali terulang.