Butong Tengah

Bupati Buton Tengah Soroti Lemahnya Data Stunting: ‘Anggaran Habis, Data Tak Ada’

×

Bupati Buton Tengah Soroti Lemahnya Data Stunting: ‘Anggaran Habis, Data Tak Ada’

Sebarkan artikel ini
Bupati Buton Tengah (Buteng), Dr Azhari, dalam Rembuk Stunting Kabupaten Buteng yang digelar di Gedung Kesenian Kecamatan Mawasangka, Kamis (10/4/2025)
Bupati Buton Tengah (Buteng), Dr Azhari, dalam Rembuk Stunting Kabupaten Buteng yang digelar di Gedung Kesenian Kecamatan Mawasangka, Kamis (10/4/2025)

Hibata.id – Bupati Buton Tengah (Buteng), Dr Azhari, menegaskan perlunya pembenahan serius dalam penanganan stunting di Buton Tengah. Hal ini disampaikan dalam Rembuk Stunting Kabupaten Buteng yang digelar di Gedung Kesenian Kecamatan Mawasangka, Kamis (10/4/2025).

Dalam sambutannya, Azhari menyayangkan ketiadaan data konkret yang dapat menjadi dasar kebijakan penanganan stunting. Saat diminta menjelaskan jumlah penderita stunting, baik Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) maupun Dinas Kesehatan tidak dapat memberikan data yang dimaksud.

Scroll untuk baca berita

“Prevalensi stunting Buteng memang turun dari 41,6 persen menjadi 36,8 persen, tapi ketika saya tanya jumlah anak stuntingnya, tidak ada yang bisa menjawab,” tegas Azhari.

Ia juga menyoroti penggunaan anggaran yang dinilai tidak efektif apabila tidak didukung dengan data yang jelas dan terukur.

Rembuk Stunting Kabupaten Buteng yang digelar di Gedung Kesenian Kecamatan Mawasangka, Kamis (10/4/2025)

“Bagaimana angka stunting bisa ditekan jika dasar datanya saja tidak tersedia? Anggaran habis tapi hasilnya tidak kelihatan,” ujarnya dengan nada kecewa.

Menurut Azhari, data valid sangat dibutuhkan, khususnya untuk kategori anak usia nol hingga dua tahun—usia kritis dalam pencegahan stunting. Ia mencontohkan, jika terdapat 4.000 kelahiran per tahun dan 20 persen di antaranya mengalami stunting, maka terdapat 800 anak yang perlu intervensi.

“Kalau menghitung persen uang semua bisa, tapi giliran menghitung jumlah anak stunting di Buteng malah tidak paham,” sindirnya.

Ia pun meminta kepada dinas terkait—Bappeda, Dinas Kesehatan, dan BKKBN—untuk segera berkoordinasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam memperoleh data yang lebih akurat.

“Kalau tidak tahu, tanya ke BPS. Mereka punya data yang lebih valid. Saya ingin tahu berapa jumlah anak stunting, dan di mana lokasinya,” tegasnya.

Azhari bahkan mempertanyakan validitas keberadaan kasus stunting di daerahnya. Ia menekankan pentingnya transparansi agar tidak sekadar mengejar program nasional tanpa dasar yang kuat.

“Jangan-jangan di Buteng tidak ada stunting, tapi dimasukkan supaya proyek tetap jalan,” ujarnya.

Di akhir sambutannya, Bupati Buteng mengajak para kepala desa dan kader PKK untuk berperan aktif dalam upaya pelaporan data dan pencegahan stunting di tingkat desa.

“Peran kepala desa dan ibu-ibu PKK sangat penting. Mereka adalah ujung tombak dalam membina rumah tangga agar potensi stunting bisa ditekan,” katanya.

Tren Penurunan Angka Stunting di Buteng (Berdasarkan Data e-PPGBM):

  • 2021: 6.927 anak diukur, 1.621 stunting (23,4%)

  • 2022: 8.091 anak diukur, 1.803 stunting (22,3%)

  • 2023: 8.699 anak diukur, 1.369 stunting (15,7%)

  • 2024: 9.726 anak diukur, 1.400 stunting (14,4%)

  • 2025: 8.632 anak diukur, 1.202 stunting (13,4%)

Meski terdapat penurunan signifikan dalam lima tahun terakhir, Azhari menegaskan bahwa penurunan ini harus dibarengi dengan sistem data yang kuat dan kolaboratif agar program percepatan penanganan stunting dapat tepat sasaran.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel
Baca Juga:  Wakil Gubernur Sultra Kunjungi Buton Tengah, Serahkan 8.500 Paket Sembako
Example 120x600