Hibata.id – Di tengah terik matahari Rabu siang, 21 Mei 2025, Wali Kota Gorontalo Adhan Dambea berdiri di tengah kerumunan warga Kelurahan Tanjung Kramat, Kecamatan Hulonthalangi. Dengan nada serius namun penuh harap, ia mencanangkan salah satu program unggulan dalam 100 hari kerjanya: layanan bus sekolah gratis.
Bus itu bukan sekadar kendaraan. Bagi Adhan, ini adalah simbol perubahan: menghapus batas antara rumah dan sekolah, antara mimpi dan kenyataan. “Transportasi yang layak adalah syarat mutlak pendidikan yang inklusif,” ujarnya lantang, disambut tepuk tangan warga. “Semoga kehadiran mobil ini menambah semangat anak-anak kita untuk belajar.”
Adhan tahu betul: satu atau dua bus bukan jawaban tuntas. Masih banyak keterbatasan—unit terbatas, rute belum menjangkau seluruh pelosok. Tapi ia tak menyerah. “Kami berusaha memfasilitasi apa adanya,” katanya, jujur. “Paling tidak, Insya Allah, adik-adik kita bisa belajar tanpa halangan, tanpa alasan.”
Di balik program ini, Adhan juga menyelipkan pesan kepada para orang tua. Pendidikan bukan hanya soal gedung dan guru, tapi juga soal rumah dan teladan. “Orang tua harus ambil peran. Mengarahkan, mengawasi, menyemangati,” tegasnya. “Kami bisa memberi fasilitas, tapi keluarga adalah pondasinya.”
Langkah kecil ini mungkin tak langsung mengubah statistik pendidikan Gorontalo. Tapi di mata Adhan dan wakilnya, Indra Gobel, ini adalah langkah pasti menuju janji: pendidikan tanpa hambatan, dan kota yang berpihak pada masa depan warganya.