Hibata.id – Israel mengonfirmasi tewasnya pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, dalam serangan militer di Rafah, Jalur Gaza, pada Rabu (16/10/2024).
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa meskipun kematian Sinwar merupakan babak baru, perang di Gaza belum usai.
Ia menegaskan bahwa konflik akan terus berlanjut hingga Hamas menyerah dan membebaskan semua sandera yang mereka tahan.
“Kematian Sinwar adalah kesempatan bagi warga Gaza untuk terbebas dari tirani. Hamas tidak akan lagi memerintah Gaza,” ujar Netanyahu dalam pernyataan yang disampaikan Kamis (17/10/2024). Ia juga memperingatkan bahwa para pemimpin Hamas yang masih bersembunyi akan segera dieliminasi.
Netanyahu juga menyebut bahwa Sinwar, yang sebelumnya mengklaim dirinya sebagai “singa”, sebenarnya tewas dalam pelarian akibat kepanikan.
Sinwar merupakan tokoh sentral dalam operasi militer Hamas, termasuk serangan besar-besaran ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Hamas belum memberikan pernyataan resmi terkait kematian Yahya Sinwar.
Latar Belakang Yahya Sinwar
Yahya Sinwar, lahir pada 29 Oktober 1962 di kamp pengungsi Khan Younis, Jalur Gaza, memimpin Hamas setelah pendahulunya, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan Israel di Teheran pada Agustus 2024.
Sinwar, yang sebelumnya dijatuhi hukuman seumur hidup oleh Israel atas keterlibatannya dalam pembunuhan tentara Israel, dibebaskan pada 2011 melalui pertukaran tahanan.
Sebagai tokoh penting dalam Hamas, Sinwar memainkan peran strategis dalam hubungan politik dan militer organisasi tersebut, termasuk dalam perang melawan Israel pada 2014 dan berbagai operasi lainnya.
Kematian Sinwar menandai pukulan besar bagi Hamas, terutama dalam kepemimpinan politik dan militernya di Jalur Gaza.