Hibata.id – Dalam suasana malam yang hangat di Bandhayo Lo Yiladia (BLY), Jumat (18/4), Wali Kota Gorontalo Adhan Dambea berdiri di hadapan jajaran pejabat, tokoh masyarakat, hingga aparat wilayah terdampak. Ada satu pesan yang ingin ia tekankan soal proyek pengendalian banjir Sungai Bolango: “Program ini wajib didukung.”
Proyek tersebut, yang kini memasuki tahap kedua, bukan sekadar urusan infrastruktur. Ini adalah warisan kebijakan yang dirintis Adhan sejak lebih dari satu dekade lalu, saat ia pertama kali menjabat sebagai Wali Kota Gorontalo pada 2012.
Kala itu, kata Adhan, fondasi awal sudah diletakkan: pembebasan lahan dan alokasi anggaran melalui APBD. Kini, program itu dilanjutkan bersama Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR.
“Jangan sampai ada yang memprovokasi masyarakat untuk menolak. Kita bisa duduk bersama jika ada persoalan,” ujar Adhan, dengan nada yang sekaligus tegas dan persuasif.
Pernyataan itu bukan tanpa alasan. Sejumlah suara sumbang memang mulai terdengar dari warga yang tinggal di bantaran Sungai Bolango. Perbedaan pendapat soal harga ganti rugi lahan dan kekhawatiran akan relokasi menjadi dinamika yang tak bisa dihindari. Namun bagi Adhan, yang lebih utama adalah menjaga agar konflik tak berkembang menjadi penolakan massal.
“Ada persoalan, kita cari solusi. Tapi jangan menghalangi niat baik,” katanya.
Ia menambahkan, proyek ini bukan sekadar soal pengendalian banjir, tapi juga upaya menata kawasan bantaran sungai agar lebih sehat dan manusiawi. Salah satu idenya adalah mengubah orientasi rumah-rumah agar menghadap ke sungai, sekaligus mendorong budaya bersih dan membuang sampah pada tempatnya.
Hadir dalam sosialisasi itu, antara lain Wakil Wali Kota Indra Gobel, Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi II (BWSS II), pejabat Kantor Pertanahan, Dinas PUPR, hingga camat dan lurah dari sembilan kelurahan terdampak.
Di balik diplomasi pembangunan ini, proyek pengendalian banjir Sungai Bolango tetap menyimpan tantangan besar: dari teknis hingga sosial. Tapi Adhan Dambea tahu betul, keberhasilan proyek besar tidak hanya bergantung pada beton dan alat berat—melainkan juga pada kepercayaan warga terhadap pemimpinnya.
“Tidak ada niat kami menyusahkan rakyat. Kami hanya ingin program ini berjalan demi kebaikan bersama,” tutupnya.