Scroll untuk baca berita
Kabar

Semua Aktivis Gorontalo yang Dianiaya OTK, Diduga Akibat Kritik PETI Bekingan Oknum Aparat: Pelakunya Dikenali

×

Semua Aktivis Gorontalo yang Dianiaya OTK, Diduga Akibat Kritik PETI Bekingan Oknum Aparat: Pelakunya Dikenali

Sebarkan artikel ini
Potongan layak yang diambil dari postingan akun tiktok susupo_Gorontalo. (Foto: TikTok)
Potongan layak yang diambil dari postingan akun tiktok susupo_Gorontalo. (Foto: TikTok)

Hibata.id – Beredar di akun Susupo Gorontalo sejumlah foto yang menampilkan aktivis lingkungan Gorontalo menjadi korban penganiayaan oleh orang tak dikenal (OTK). Penganiayaan ini diduga terjadi akibat tekanan terhadap persoalan pertambangan emas tanpa izin (PETI) di Provinsi Gorontalo yang diduga dibekingi oleh oknum aparat TNI-Polri.

Dalam narasi yang diunggah, disebutkan bahwa penganiayaan terhadap aktivis lingkungan Gorontalo yang vokal menyuarakan tuntutan penertiban PETI—yang diduga dibekingi oleh oknum Aparat—telah berlangsung sejak tahun 2021 silam.

Scroll untuk baca berita

Namun hingga kini, belum ada satupun pelaku yang diproses hukum. Ironisnya, para pelaku meskipun menggunakan penutup wajah, masih dapat dikenali oleh korban.

Rayhan Ahmad, salah satu aktivis lingkungan di Gorontalo, menuturkan bahwa sejak tahun 2021, penganiayaan terhadap aktivis vokal terhadap PETI sudah terjadi. Saat itu, korbannya adalah rekannya, Mahludin Mahmud, aktivis lingkungan dari Pohuwato.

Menurut Rayhan, para pelaku penganiayaan terhadap Mahludin memiliki modus operandi yang sama dengan pelaku penganiayaan terhadap aktivis lainnya. Ia bilang, sebelum terjadi penganiayaan, kawan-kawan aktivis ini dihubungi oleh oknum yang sama untuk diajak ketemuan.

“Berbagai alasan yang disampaikan, dan paling sering itu untuk berkoordinasi soal unjuk rasa. Naasnya, setelah bertemu, oknum ini kemudian melakukan penganiayaan,” ungkap Rayhan.

Lebih lanjut, Rayhan menyebut bahwa oknum tersebut sudah familiar di kalangan aktivis, bahkan sejumlah aktivis sering berkunjung ke kantor tempat oknum ini berdinas. Meski begitu, katanya, Ini hanya sebatas kecurigaan saja dan perlu dibuktikan juga secara hukum positif.

“Kalau berbicara dari modus, pelaku ini kan ada kemiripan dengan sejumlah penganiayaan aktivis. Jadi bicara modus, memang sudah, si oknum ini mungkin yang terlibat juga. Tapi kalau bicara proses hukum, ini juga harus diusut tuntas,” pungkas Rayhan.

Baca Juga:  Beredar Kabar Pesawat ATR Jatuh di Pohuwato, Korban Dievakuasi

Sebelumnya, kekerasan terhadap aktivis yang vokal mengkritik aktivitas pertambangan emas tanpa izin di Gorontalo kembali terjadi. Setelah sebelumnya tiga aktivis menjadi korban, kini giliran Syawal Hamjati, mantan Wakil Presiden Mahasiswa IAIN Gorontalo, yang diserang oleh orang tak dikenal (OTK).

Peristiwa penyerangan terjadi pada Rabu dini hari, 15 Mei 2025, sekitar pukul 03.00 WITA. Saat itu, Syawal dalam perjalanan pulang melintasi jalur Gorontalo Outer Ring Road (GORR). Ketika melewati area sepi di sekitar bekas kebun binatang, ia dihampiri oleh dua orang tak dikenal yang mengendarai sepeda motor Beat Street berwarna hitam.

Kedua pelaku langsung menghentikan laju kendaraan Syawal. Setelah korban berhenti, salah satu pelaku menanyakan identitasnya. “Kamu yang bernama Syawal?” ujar pelaku, seperti ditirukan Syawal.

Tanpa banyak bicara, pelaku langsung melayangkan pukulan ke arah wajah, perut, dan bibir Syawal. Usai melakukan aksi kekerasan, kedua pelaku segera melarikan diri. Syawal pun babak belur akibat serangan tersebut.

Ia menduga aksi kekerasan itu berkaitan dengan sikap kritisnya terhadap berbagai isu, terutama aktivitas PETI di wilayah Gorontalo, termasuk di Pohuwato. Syawal selama ini dikenal aktif dalam berbagai aksi unjuk rasa menyuarakan persoalan tersebut. Atas insiden ini, ia telah melaporkan kejadian penyerangan ke Polres Gorontalo.

“Perbuatan yang tidak gentleman ini harus ditelusuri hingga ke akarnya,” ujar Syawal Hamjati kepada Hibata.id pada Jumat, 16 Mei 2025.

Kasus ini menambah daftar panjang kekerasan terhadap aktivis lingkungan di Gorontalo. Dengan insiden ini, sudah empat orang aktivis yang menjadi korban dalam kurun waktu yang belum terlalu lama.

Baca Juga:  Gelar Diskusi Publik, AJI Gorontalo Desak Penghentian Kekerasan Terhadap Jurnalis

Sebelumnya, serangan pertama menimpa Hidayat Musa, eks Ketua Liga Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (LMID) Gorontalo, pada Minggu malam, 27 April 2025. Saat melintas di kawasan Polsek Kota Timur, dua orang tak dikenal memepet sepeda motornya.

Satu dari mereka menendang kepala Hidayat hingga helmnya pecah. Beruntung, ia tetap mampu mengendalikan motor dan menyelamatkan diri. Namun trauma menyeretnya hingga kini.

Delapan hari kemudian, giliran Amin Dj. Suleman, Ketua Gerakan Aktivis Milenial (GAM), dikepung dan dihajar di tengah Jalan Gorontalo Outer Ring Road (GORR). Empat orang pria bertopeng memukulinya dengan balok kayu.

Aksi itu terekam kamera warga dan viral di media sosial. Amin dikenal vokal menolak praktik pertambangan emas ilegal dan penyelundupan batu hitam dari wilayah PETI di kabupaten tetangga.

Tak cukup sampai di sana. Selasa dini hari, 13 Mei 2025, Harun Alulu alias Oga—Koordinator BEM Nusantara Gorontalo—dihajar saat pulang ke tempat kosnya.

Empat pria berbaju hitam menunggu di tikungan, menghampiri dengan motor NMax, lalu menghantam punggungnya dengan balok. Harun tersungkur, dan para pelaku kabur ke dalam gelap.

Ketiganya telah melapor ke polisi. Namun hingga berita ini ditulis, tak satu pun pelaku tertangkap. Penyidikan jalan di tempat. Negara seolah absen, membiarkan kekerasan terhadap aktivis menjadi bagian dari keseharian.

Sejumlah kalangan menduga aksi kekerasan ini berkaitan erat dengan peran para korban yang selama ini aktif mengkritik PETI) Bahkan, isu ini memunculkan spekulasi mengenai kemungkinan keterlibatan oknum—baik preman bayaran maupun aparat yang membekingi praktik pertambangan tanpa izin di sejumlah wilayah.

Baca Juga:  Parah! Rincian HPS di Proyek Renovasi Balai Penyuluh Pertanian 2023 Boalemo juga Ternyata Bocor

Pasalnya, di Gorontalo, PETI bukan sekadar tambang kecil-kecilan. Ada puluhan titik tambang emas ilegal yang beroperasi tanpa pengawasan, tanpa reklamasi, tanpa ampun.

Kondisi ini telah lama disorot oleh para aktivis, yang menyebut praktik PETI sebagai “kejahatan lingkungan berjamaah.” Namun suara-suara peringatan itu justru kini dibalas dengan kekerasan, bukan dengan perlindungan.

Aktivis dan organisasi masyarakat sipil di Gorontalo mendesak Polda Gorontalo segera menuntaskan penyelidikan, mengungkap pelaku dan motif serangan, serta memberikan jaminan perlindungan hukum bagi para pejuang lingkungan.

Negara juga didesak untuk hadir melindungi warga yang menjalankan fungsi kontrol sosial. Jangan biarkan aktivis dikriminalisasi dengan cara kekerasan.

Kabid Humas Polda Gorontalo, Kombes Pol Desmont Harjendro, menyatakan bahwa penyelidikan terhadap kasus kekerasan di wilayah Kabupaten Gorontalo sedang berjalan dan telah ditangani secara serius. Polda Gorontalo, katanya, akan backup ke Polres Gorontalo untuk mempercepat proses penyelidikan.

“Untuk kasus yang di Kabupaten Gorontalo, sudah dilakukan pemeriksaan dan masih berproses. Polda Gorontalo langsung backup ke Polres Gorontalo untuk mempercepat proses penyelidikan,” ujar Desmont saat dikonfirmasi, Selasa, 13 Mei 2025.

Ia menambahkan, Polda akan memberikan informasi lanjutan begitu alat bukti dan keterangan para saksi telah lengkap. Saat ditanya apakah rentetan kasus penganiayaan tersebut berkaitan dengan aktivitas tambang ilegal yang semakin subur di Gorontalo, Desmont enggan memberikan penilaian lebih jauh.

“Secepatnya kalau sudah lengkap keterangan dan bukti-bukti lain akan kita infokan kembali, kita fokus dulu untuk mencari pelakunya. Nanti pengembangan motif bisa kita pastikan,” ia menandaskan.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel
Example 120x600