Hibata.id – Di sebuah lahan di Kelurahan Tuladenggi, Kecamatan Dungingi, Wali Kota Gorontalo Adhan Dambea dan jajaran Kodim 1304 Gorontalo memecah sunyi pagi itu dengan peletakan batu pertama.
Rabu, 16 April 2025, mereka meresmikan dimulainya pembangunan 12 unit rumah layak huni (Mahyani), program yang menjadi bagian dari janji 100 hari kerja Wali Kota dan Wakil Wali Kota terpilih, Adhan Dambea–Indra Gobel.
Tak sekadar proyek fisik, Mahyani menjadi simbol dari upaya pemerintah kota menjawab kebutuhan dasar warganya: rumah yang layak ditinggali. “Sesudah sandang dan pangan, ya rumah. Itu kebutuhan pokok manusia,” ujar Adhan dalam sambutannya.
Mahyani—sebuah istilah untuk rumah sederhana tapi layak huni—memang bukan barang baru dalam program perumahan rakyat. Namun dengan menggandeng Kodim 1304, proyek ini mengambil bentuk yang lebih kolaboratif, menggabungkan kapasitas teknis militer dan pendanaan sipil dalam satu kerangka kerja yang menjanjikan percepatan pembangunan.
Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Gorontalo, Heru Zulkifli Thalib, menyampaikan bahwa sinergi antara Pemkot dan Kodim ini menjadi bagian dari strategi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Terutama, mereka yang selama ini luput dari radar pembangunan, tertinggal dalam gelombang urbanisasi dan pertumbuhan kota.
Adhan, yang dikenal blak-blakan, tidak lupa melemparkan catatan penting kepada para penerima rumah. “Kalau sudah jadi, harus dijaga. Rumah ini bukan hanya untuk dihuni, tapi juga harus dipelihara. Jangan sampai rusak dalam setahun,” tegasnya.
Ia juga menyelipkan harapan agar program ini tak sekadar menjadi proyek 100 hari yang lantas dilupakan. “Kita harapkan ini bisa memberikan berkah, bukan hanya bagi penerimanya, tapi juga bagi pembangunan kota secara umum,” ucapnya.
Program Mahyani ini adalah satu dari beberapa inisiatif yang masuk dalam kerangka besar peningkatan daya saing sumber daya manusia dan penguatan ekonomi kerakyatan. Meski terlihat sederhana, rumah ini menjadi titik tolak dari upaya pembangunan yang lebih menyentuh langsung kebutuhan warga—tanpa perlu menunggu seremoni besar atau proyek mercusuar.
Dengan prosesi simbolik yang telah selesai, pekerjaan nyata dimulai: membangun, menyerahkan, dan memastikan rumah-rumah itu benar-benar menjadi tempat tinggal yang layak. Di ujung acara, Adhan kembali menegaskan satu hal:
“Kalau rumah sudah jadi, tugas pemerintah belum selesai. Karena yang lebih sulit adalah memastikan rumah itu tetap layak dihuni, sampai anak-anak kita besar nanti,” ucapnya.