Scroll untuk baca berita
Nusantara

Waisak 2025, Momen Sakral Umat Buddha untuk Refleksi dan Harmoni Budaya

Avatar of Hibata.id✅
×

Waisak 2025, Momen Sakral Umat Buddha untuk Refleksi dan Harmoni Budaya

Sebarkan artikel ini
Perayaan Waisak 2024 di Candi Borobudur. (dok. InJourney)/Hibata.id
Perayaan Waisak 2024 di Candi Borobudur. (dok. InJourney)/Hibata.id

Hibata.id – Umat Buddha di Indonesia dan seluruh dunia akan memperingati Hari Raya Waisak 2025 pada Senin, 12 Mei. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri, perayaan Waisak tahun ini kembali menjadi momen suci yang sarat makna spiritual dan kebudayaan.

Waisak, atau Trisuci Waisak, memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha Gautama, yakni kelahiran, pencerahan (Bodhi), dan wafatnya (Parinibbana).

Ketiga peristiwa ini dipercaya terjadi pada bulan purnama Vesakha dan menjadi landasan utama perayaan suci bagi umat Buddha.

Tidak hanya menjadi hari libur nasional, Waisak juga menjadi momentum untuk refleksi batin, penguatan nilai kebajikan, dan penerapan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga:  Ajian Rawa Rontek: Ilmu Kanuragan yang Dikaitkan dengan Kutukan Abadi

Di Indonesia, umat Buddha memperingati Waisak dengan berbagai ritual dan kegiatan yang mencerminkan semangat kebersamaan serta penghormatan terhadap keberagaman.

Perayaan Waisak di Indonesia dikenal dengan kekhasan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun. Salah satu yang paling ikonik adalah perayaan di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia.

Ribuan umat Buddha dari berbagai daerah dan negara berkumpul untuk mengikuti serangkaian ritual keagamaan, seperti meditasi bersama, puja bakti, pradaksina (mengelilingi candi searah jarum jam), serta pelepasan lentera.

Baca Juga:  Hari Kartini dan Perempuan Indonesia yang Menginspirasi Sepanjang Masa

Tradisi pelepasan lampion atau puja lentera menjadi simbol spiritual untuk melepaskan hal-hal negatif dan memanjatkan harapan kebaikan.

Selain itu, umat Buddha juga melakukan mandi Sang Buddha, yakni ritual penyucian patung Buddha sebagai lambang pemurnian diri. Pakaian putih yang dikenakan umat saat Waisak melambangkan kesederhanaan dan kesucian batin.

Ritual pindapata, di mana para bhikkhu menerima dana makanan dari umat, juga turut mewarnai perayaan ini. Tradisi ini mencerminkan semangat berbagi dan kepedulian sosial, dua nilai utama dalam ajaran Buddha.

Baca Juga:  Lambang Sulawesi Utara: Simbol Kejayaan dan Identitas Provinsi

Di samping kegiatan keagamaan, Waisak juga diramaikan oleh berbagai kegiatan budaya seperti pertunjukan seni, lomba-lomba, serta pameran budaya.

Perpaduan unsur spiritual dan budaya ini memperkaya makna Waisak sebagai momen persaudaraan lintas budaya dan agama.

Perayaan Waisak menjadi cerminan harmoni sosial dan toleransi antarumat beragama di Indonesia, sekaligus menunjukkan betapa kuatnya nilai-nilai budaya dan spiritual yang melekat dalam kehidupan masyarakat.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel