Opini

Catatan Pinggir Peristiwa Banjir di Gorontalo ‘Perspektif Historis & Civil Teknis’

×

Catatan Pinggir Peristiwa Banjir di Gorontalo ‘Perspektif Historis & Civil Teknis’

Sebarkan artikel ini
Banjir Kota Gorontalo, Kamis (11/07/2024). Foto: Istimewa/Hibata.id
Banjir Kota Gorontalo, Kamis (11/07/2024). Foto: Istimewa/Hibata.id

Hibata.id – Menurut cerita lisan Masyarakat Gorontalo, Gorontalo itu dulu hurufianya namanya Hulonthalangi. Huntu: daratan, langi: tergenang. Jadi, Negeri Tergenang.

Kota Gorontalo berada di antara dua sungai, sungai Bone dan sungai Bolango yang keduanya bertemu di muara, kemudian bersama menyatu menuju laut, jadi memang rawan untuk banjir.

Baca Juga: KPU Bonebol Serahkan Bantuan Sembako Korban Longsor Tambang Suwawa

Konon dahulu kala orang Belanda membuat dua kanal membelah Kota Gorontalo, Tanggidaa (kali besar), dan Tanggikiki (kali kecil).

Di zaman modern saat ini, Tanggidaa ditutup untuk dibuatkan jalan di atasnya agar daerah ini tidak terlihat kumuh. Nilai proyeknya milyaran, katanya.

Air dibiarkan mengalir melalui gorong-gorong yang secara teori digali lagi dengan kedalaman 3 meteran sehingga air dari mana-mana akan terbagi ke gorong-gorong Tanggidaa, Kalau 3 meteran itu dalam sekali bro..!

Baca Juga: Gorontalo Banjir, Berikut Tips Menghindari Sengatan Listrik

Sepertinya, saat menyaksikan ketika dibuat tidak sedalam itu. Lalu, proyek pun mangkrak! Datanglah curah hujan yg begitu besar, kali besar yg biasa menampung air dari rumah-rumah sudah ditutup. Makanya, air pun memberi salam hormat di pintu-pintu rumah, bahkan tidak segan-segan ikut tidur dalam rumah.

Masih ada satu kanal yg belum ditutup Tanggikiki. Nah, ini bisa “dibuatkan ide” proyek bernilai miliaran pula. Ya, agar kota tidak kelihatan kumuh, dan air bisa menutup menggenangi seluruh kota, dan menginap berhari-hari dalam rumah.

Lalu, beri saran pada tiap warga untuk menutup jalan-jalan air agar bisa mendapatkan luasan lahan di sekitar rumahnya. Anggap saja, kita sedang mewujudkan nama dari para pendahulu leluhur negeri Hulonthalangi, Negeri tergenang yg ada di kisah lisan itu, bukan menganggap itu sebagai peringatan dari para penghulu Negeri.

Bila ada yang pernah pergi ke Belanda, pasti melihat kanal-kanal di sana tidak ada yg ditutup, dan kota ini tidak jadi kumuh. Mengapa orang Belanda yg lebih mengenali karakteristik Kota Gorontalo daripada orang Gorontalo sendiri…? Wallahu’alam

 

**Cek berita, artikel dan konten lainnya di GOOGLE NEWS
Example 120x600