Hibata.id – Kasus hilangnya dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) milik SDN 56 Kota Timur, Kota Gorontalo, terus menjadi sorotan.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Gorontalo, Lukman Kasim, melayangkan peringatan keras kepada Bank SulutGo (BSG) Cabang Kota Gorontalo terkait insiden ini yang belum menemui titik terang.
Dalam pertemuan resmi di Kantor Dinas Pendidikan, Lukman menyatakan ketidakpuasannya atas minimnya respons dari pihak BSG.
“Sampai saat ini, kami belum menerima penjelasan yang memadai dari BSG terkait raibnya dana BOS SDN 56 Kota Timur,” ujar Lukman dengan nada tegas Senin (13/01/2025).
Dana BOS senilai Rp69 juta yang tersimpan di rekening BSG dilaporkan hilang secara misterius. Menurut pihak BSG, transaksi tersebut dilakukan secara sadar oleh pihak sekolah, pernyataan itu langsung dibantah oleh Dinas Pendidikan.
“Tidak ada satu pun transaksi yang dilakukan pihak sekolah. Ini murni karena lemahnya sistem keamanan di BSG yang membuka peluang pihak tertentu untuk membobol dana tersebut,” tegas Lukman.
Ia menyebutkan bahwa insiden ini mengindikasikan celah serius dalam sistem keamanan perbankan.
Lukman menegaskan bahwa Dinas Pendidikan telah mengajukan surat resmi kepada pihak BSG untuk meminta pengembalian dana.
Jika permintaan ini tidak dipenuhi, pihaknya tidak akan ragu membawa kasus ini ke jalur hukum.
“Kami tidak main-main. Uang tersebut harus dikembalikan. Jika tidak, kami akan melanjutkan ke proses hukum,” ujarnya.
Di sisi lain, Kepala Cabang BSG Kota Gorontalo, Frida Pakaya, menyatakan bahwa hasil investigasi internal tim cyber BSG tidak menemukan kejanggalan dalam transaksi tersebut.
“Kami telah melakukan pemeriksaan mendalam, dan tidak ada indikasi pelanggaran dalam sistem kami,” jelas Frida. Namun, pernyataan ini justru menambah ketegangan antara kedua pihak.
Kasus ini menjadi perhatian publik Gorontalo, khususnya di sektor pendidikan, karena dana BOS merupakan anggaran penting untuk operasional sekolah.
Dampak Terhadap Tenaga Honorer
Atas Kasus ini, delapan tenaga honorer di SDN 56 Kota Timur, Kota Gorontalo, menghadapi krisis finansial setelah gaji mereka selama tiga bulan, Oktober hingga Desember 2024, belum dibayarkan akibat hilangnya dana Biaya Operasional Sekolah (BOS).
Situasi ini semakin memprihatinkan, mengingat mereka menggantungkan hidup dari pendapatan tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.
Tenaga honorer yang terdampak terdiri dari lima guru, seorang satpam, seorang operator sekolah, dan seorang petugas kebersihan. Penundaan gaji ini menimbulkan beban psikologis dan ekonomi yang berat bagi mereka.
“Terkadang saya harus meminjam uang untuk membeli bensin agar bisa ke sekolah,” ujar Lavenia Dunggio, salah satu guru honorer.
Lavenia, yang akrab disapa Nia, kini terpaksa mengandalkan penghasilan suaminya yang juga seorang tenaga honorer daerah untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Nira Nakulo, guru honorer lainnya, mengaku terbebani secara finansial dan emosional.
“Tidak mungkin saya terus meminta uang kepada orang tua di usia saya sekarang,”ia menandaskan.