Hibata.id – Proyek penanganan bencana Jembatan Bulili, Kecamatan Duhiadaa, menyisakan persoalan. Sejumlah buruh mengaku belum menerima sisa upah kerja dengan total sekitar Rp16 juta, meski pekerjaan di lapangan disebut nyaris rampung.
Keluhan itu disampaikan koordinator pekerja lapangan, Marwan Ibrahim, kepada wartawan, Selasa, 23 Desember 2025. Ia mengatakan para buruh telah menagih hak mereka, namun pembayaran belum juga dilakukan.
“Kami belum menerima sisa gaji. Teman-teman buruh sudah mendesak karena kebutuhan,” kata Marwan.
Menurut dia, pekerjaan yang menjadi tanggung jawab timnya telah diselesaikan sesuai kesepakatan. Namun kontraktor belum melunasi sisa pembayaran yang nilainya mencapai belasan juta rupiah.
“Sisanya sekitar Rp16 juta,” ujarnya.
Buruh yang mengaku belum menerima upah antara lain Ismail M. Mateka, Narwin Daud, Hiri Kau, Zumbrat Madinah, Idil Kaning, dan Gusmar Kaning. Mereka berharap pembayaran segera dituntaskan tanpa penundaan.
Proyek Jembatan Bulili merupakan program nasional penanganan bencana dengan anggaran miliaran rupiah yang bersumber dari Badan Penanggulangan Bencana.
Proyek bernilai miliaran rupiah ini ditujukan untuk memulihkan akses masyarakat pascabencana.
Dikonfirmasi terpisah, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek, Ronal, membantah adanya upah yang tidak dibayarkan. Ia menyebut sebagian upah telah dicairkan, sementara sisa Rp16–17 juta masih menunggu penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan.
“Pembayaran ada. Sisanya dibayarkan setelah pekerjaan selesai 100 persen,” kata Ronal.
Ia beralasan, sejumlah pekerja menghentikan pekerjaan sementara masih ada item yang belum dituntaskan. Karena itu, sisa upah baru akan dihitung dan dibayarkan setelah proyek dinyatakan rampung.
“Yang tersisa itu diperhitungkan berdasarkan pekerjaan yang diselesaikan. Setelah pekerjaan selesai seluruhnya, pasti dibayar,” ujarnya.












