Hibata.id – Penampilan Gubernur Gorontalo, Gusnar Ismail, dalam acara penutupan Peran Saka Nasional di Bumi Perkemahan Bongohulawa, Sabtu (8/11/2025) kemarin, menjadi sorotan. Wali Kota Gorontalo, Adhan Dambea, menilai gaya berpakaian sang gubernur tidak sesuai dengan aturan resmi Gerakan Pramuka dan mencoreng citra daerah.
Dalam acara yang dihadiri perwakilan 35 daerah se-Indonesia itu, Gusnar tampak mengenakan batik dipadukan dengan kacu Pramuka. Menurut Adhan, kombinasi tersebut tidak lazim dan menyalahi ketentuan seragam.
“Sebagai warga Gorontalo, saya merasa malu. Apa yang dilakukan Gusnar Ismail saat penutupan Peran Saka Nasional itu memalukan rakyat Gorontalo,” ujar Adhan. Ia menambahkan, tindakan tersebut menunjukkan kurangnya keteladanan dalam menghormati aturan kepramukaan.
Kritik Adhan mendapat tanggapan dari Juru Bicara Gubernur, Dr. Alvian Mato. Menurutnya, pernyataan wali kota terlalu emosional dan tidak mencerminkan fakta yang utuh. Alvian menekankan, Gusnar memiliki rekam jejak panjang dalam dunia kepramukaan.
“Sekitar tahun 1978, saat masih sekolah, beliau pernah menjadi Komandan Regu Pramuka Nasional. Ini justru menunjukkan kebanggaan, bukan memalukan,” ujarnya.
Alvian menjelaskan, Gusnar hadir dalam acara tersebut berdasarkan undangan resmi yang meminta mengenakan batik. Namun, situasi berubah saat ia diminta menjadi Inspektur Upacara penutupan Peran Saka Nasional 2025.
“Awalnya Pak Gubernur menolak karena tidak mengenakan seragam Pramuka, tetapi pihak Kwartir Nasional menyarankan tetap bisa memakai kacu,” kata Alvian.
Ia menambahkan, penggunaan kacu di luar seragam bukan hal baru. Sebagai contoh, pada penutupan Pertemuan Besar Pramuka Penegak dan Pandega XII di Cibubur, 2023, Menpora RI hadir dengan kacu tanpa seragam resmi.
Alvian menegaskan, tudingan bahwa Gubernur Gusnar “membuat malu Gorontalo” hanyalah penilaian emosional yang tidak berbasis fakta.












