Hibata.id – Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang dilaksanakan oleh Pro Jurnalis Siber (PJS) di Gorontalo berakhir dengan catatan menggembirakan.
Sebagian besar peserta lulus dengan angka mencapai 80 persen. Sebagaimana diumumkan Wakil Direktur Lembaga Uji UPN “Veteran” Yogyakarta, Arif Wibawa.
Ia menutup kegiatan itu pada 15 November 2025, setelah dua hari para wartawan digembleng di Aula Bandhayo Yiladiya Kota Gorontalo.
Namun, seperti biasa angka kelulusan bukan satu-satunya titik tekan. Kompeten di atas kertas bukan jaminan kompeten di lapangan.
Sertifikat bukan imunitas terhadap pelanggaran etik. Justru di sinilah ujian yang sesungguhnya dimulai.
Arif Wibawa telah mengingatkan, para peserta agar tidak berhenti pada kebanggaan lulus. Wartawan, kata dia, harus terus bergerak dan mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Pernyataan ini relevan dengan situasi media hari ini. Kecepatan kerap mengalahkan ketelitian, trafik menggeser integritas.
Sementara media sosial memicu kecenderungan menerbitkan informasi mentah. Kompetensi tidak serta-merta menjadi benteng, kecuali bila dipraktikkan.
Di tengah seremoni penutupan, suara peserta juga mengandung harapan. Verawaty Ruung, mewakili rekan-rekannya, menyampaikan tekad untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama uji kompetensi.
“Makasih atas semua ilmunya, akan saya praktekkan di lapangan,” ujarnya singkat, tetapi berenergi.
Nada optimisme itu penting. Lebih menarik lagi ketika ia memberi semangat kepada peserta yang belum berhasil:
“Nilainya di bawah jangan berkecil hati.”
Empati seperti ini diperlukan dalam dunia pers yang sebenarnya kompetitif. Sebab kegagalan UKW bukan akhir karier, melainkan sinyal agar setiap wartawan meninjau ulang disiplin, metode kerja, dan kesetiaan pada etika.
Keberhasilan UKW ini tentu menjadi capaian bagi PJS Gorontalo dan UPN “Veteran” Yogyakarta. Namun capaian seremonial tidak akan berarti jika tidak dibarengi transformasi peliputan di lapangan.
Jurnalisme berkualitas lahir dari kebiasaan-kebiasaan baik. Mulai dari verifikasi ketat, keberimbangan sumber, independensi dari kepentingan politik dan ekonomis, serta keberanian menjaga kebenaran.
Kelulusan besar-besaran baru akan menemukan artinya ketika publik dapat merasakan dampaknya melalui berita. Lebih akurat, lebih humanis, lebih beretika, dan lebih taat pada prinsip kerja jurnalistik.
Kompetensi wartawan adalah janji profesional. Kini publik menunggu apakah janji itu ditepati.












