Lingkungan

Presiden Jokowi Pakai “Upiya Karanji” yang Terancam Hilang akibat Hutan Gorontalo Tergerus

×

Presiden Jokowi Pakai “Upiya Karanji” yang Terancam Hilang akibat Hutan Gorontalo Tergerus

Sebarkan artikel ini
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menggunakan “Upiya Karanji” pada peresmian pengoperasian bandar udara (Bandara) Panua d Kabupaten Pohuwato. (Foto: Sekertariat Presiden)
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menggunakan “Upiya Karanji” pada peresmian pengoperasian bandar udara (Bandara) Panua d Kabupaten Pohuwato. (Foto: Sekertariat Presiden)

Hibata.id – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menggunakan “Upiya Karanji” pada peresmian pengoperasian bandar udara (Bandara) Panua di Kabupaten Pohuwato, Senin (22/4/2024).

Upiya Keranji sendiri adalah Songkok Khas Gorontalo yang terbuat dari tanaman yang biasa disebut paku hata (nentu) atau dalam bahasa lantinya disebut Lygodium circinatum. Tanaman ini juga kerap disebut mintu.

Mengutip dari Benua Indonesia, Hadjirah Abdullah (74) salah satu pengrajin Upiya Karanji di Desa Pulubala, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo menyebut, tanaman mintu itu hanya hidup di dalam hutan.

Namun, kata Hadjirah, tanaman mintu sudah semakin sulit ditemukan akibat hutan Gorontalo semakin tergerus akibat pembangunan dan keberadaaan sejumlah sektor ekstraktif yang dapat merusak hutan.

Bahkan, kata Hadjirah, ketika ada pesanan pembuatan Upiya Karanji, dirinya sampai mencari tanaman mintu itu sampai ke kabupaten tetangga seperti Boalemo dan Gorontalo Utara.

Baca juga: Bandara Panua Pohuwato Diresmikan Presiden Jokowi

Artinya, kata Hadjirah, ketika hutan Gorontalo semakin tergerus, Upiya Karanji bisa saja terancam hilang. Katanya, hal ini perlu diseriusi oleh pemerintah.

“Saya menganggap menjaga Upiya Karanji adalah amanah,” kata Hadjirah Abdullah

Betul saja, menurut data Forest Watch Indonesia (FWI), Provinsi Gorontalo mengalami deforestasi sebesar 33.492 hektare 2017-2021.

Data BPKH-TL Wilayah XV Gorontalo pun menyebutkan, kawasan hutan di Provinsi Gorontalo mengalami pengurangan sebesar 60.526,04 hektar sejak 2015 hingga 2021.

Sementara, data Global Forest Watch pun menyebut, dari tahun 2001 hingga 2022, Gorontalo kehilangan 132 ribu hektar tutupan pohon, setara dengan penurunan tutupan pohon sebesar 13% sejak tahun 2000, dan 90,1 ton emisi CO₂e.

Sedangakan, Pohuwato mengalami kehilangan tutupan pohon paling banyak, yaitu 38,6 ribu hektar dibandingkan dengan rata-rata 18,9 ribu hektar.

**Cek berita, artikel dan konten lainnya di GOOGLE NEWS
Example 120x600