Hibata.id – Di tengah pekatnya dini hari, jerit warga dan derasnya arus sungai berpadu menjadi simfoni kepanikan. Banjir bandang tiba-tiba menghantam wilayah Lemito, Kabupaten Pohuwato, setelah hujan deras mengguyur daerah itu selama berjam-jam. Sungai Lemito, yang biasanya tenang, berubah menjadi aliran ganas yang menyeret apa saja di hadapannya.
Air datang tanpa ampun. Dalam rekaman video yang dibagikan oleh akun Facebook bernama Ida, tampak derasnya arus air menghantam rumah-rumah yang berdiri tak jauh dari bantaran sungai. Suara air bercampur dengan teriakan warga yang panik, berusaha menyelamatkan diri, menjadi potret tragis bagaimana alam bisa berubah brutal hanya dalam hitungan menit.
Beberapa rumah terlihat telah terenda, banjir. Sementara itu, sebagian warga terpantau mulai mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi. Hingga berita ini diturunkan, ketinggian air terus bertambah, dan belum ada tanda-tanda surut. Belum ada laporan resmi terkait korban jiwa atau taksiran kerugian materi.
Banjir bandang ini menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah. Wilayah seperti Lemito—yang masuk dalam kategori rawan banjir dan longsor—selama ini seperti luput dari perhatian serius soal mitigasi. Padahal, pola cuaca ekstrem yang belakangan makin intens akibat krisis iklim, membuat potensi bencana hidrometeorologi seperti ini bukan lagi pengecualian, tapi keniscayaan.
Pemerintah daerah diharapkan segera turun tangan. Evakuasi harus dipercepat, distribusi logistik diperkuat, dan penyelidikan terhadap kerusakan lingkungan di hulu sungai mesti dilakukan. Jika tidak, tragedi serupa hanya tinggal menunggu giliran.
Warga diminta tetap waspada dan mengikuti arahan aparat setempat. Dalam situasi bencana seperti ini, kecepatan informasi dan koordinasi bisa menjadi pembeda antara keselamatan dan kehilangan.