Opini

Alfamidi vs UMKM Lokal di Gorontalo, Ancaman Gulung Tikar?

×

Alfamidi vs UMKM Lokal di Gorontalo, Ancaman Gulung Tikar?

Sebarkan artikel ini
Inkrianto Mahmud, SE., MM. (Co-Founder Ruang Anak Muda – Connection)/Hibata.id
Inkrianto Mahmud, SE., MM. (Co-Founder Ruang Anak Muda – Connection)/Hibata.id
Penulis: Inkrianto Mahmud – Ketua Bidang Ekonomi dan PPD HMI Badko Sulutgo

Tahun baru masehi 2025 sepertinya banyak hal yang perlu dibicarakan di Gorontalo, satu di antaranya adalah hadirnya gerai ritel besar di Gorontalo seperti Alfamidi.

Gerai Alfamidi ini adalah tantangan besar pada tahun baru 2025 ini. Alfamidi dapat mengancam kelangsungan usaha kecil yang belum mampu bersaing dengan ritel modern ini.

Scroll untuk baca berita

Sejatinya, untuk bertahan, UMKM lokal di Gorontalo perlu lebih kompetitif di pasar, maka kehadiran ini beresiko tergerus oleh kehadiran Alfamidi terhadap UMKM lokal di Gorontalo.

Jika dilihat dari data Disperindag Provinsi Gorontalo, data UMKM di Provinsi Gorontalo pada tahun 2024 mencapai 105.509 ribu. Sebelumnya pada tahun 2022 berjumlah 81.042 ribu dan pada tahun 2023 naik 82.732 ribu, artinya naik secara signifikan pada tahun 2024 sebanyak 22.777 ribu jumlah UMKM di wilayah kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo.

Efek Pada UMKM Lokal dan Ekonomi Daerah

Di Gorontalo, hadirnya gerai Alfamidi dapat menyebabkan pergeseran pola konsumsi masyarakat dan akan mengubah perilaku belanja masyarakat dar UMKM lokal ke gerai Alfamidi.

Baca Juga:  Tambang Batu Hitam Suwawa Bisa Jadi Pemicu Maraknya Politik Uang

Jika dilihat pola konsumsi masyarakat Gorontalo lebih cenderung ingin mudah untuk berbelanja, karena ada kemudahan dan promosi yang ditawarkan oleh Alfamidi.

Padahal, secara nyata kehadiran gerai ini mengurai pendapatan UMKM lokal disekitar dan bahkan memaksa beberapa usaha kecil untuk ditutup. Jika dilihat banyak pengusaha kecil akan kehilangan mata pencaharian mereka dan berefek pada ekonomi daerah.

Ritel modern seperti Alfamidi tidak hanya menawarkan harga yang lebih kompetitif, namun memberikan kenyamanan untuk berbelanja dengan mengggunakan self-service, produk yang lengkap dan juga operasional yang panjang. Masyarakat Gorontalo, pola konsumsinya semakin mengarah pada kenyamanan dan efesiensi dalam berbelanja. Masyarakat yang mengalihkan ke Alfamidi, karena UMKM lokal Gorontalo tidak mampu mengikuti perkembangan zaman.

UMKM Lokal Kehilangan Pelanggan

Ancaman gulung tikar ini akan terjadi, karena Alfamidi menjaga kualitas standar produk yang konsisten. Sebaliknya, UMKM di Gorontalo, terutama yang fokus pada gaya tradisional atau lokal, sering kali kesulitan menjaga konsistensi dan standar produk yang ditawarkan. Trust yang dibangun oleh produsen akan kehilangan pelanggan karena konsisten yang tidak dimiliki.

Pada teori Customer Relationship Management (CRM), Alfamidi memanfaatkan teori CRM untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Mereka menggunakan berbagai program loyalitas pelanggan seperti kartu member, aplikasi mobile untuk promosi khusus, serta pengumpulan data untuk memahami preferensi pelanggan.

Baca Juga:  Antara Mimpi dan Kenyataan: Kota Smart City Bisa Diubah Jadi Kota UMKM

CRM ini bertujuan untuk meningkatkan retensi pelanggan dan mendorong pembelian berulang. Namun, UMKM lokal tidak memiliki itu, secara tradisional pun tidak ada. Secara otomatis kehilangan pelanggan oleh UMKM lokal makin nampak.

Pengaruh Terhadap Tenaga Kerja di Gorontalo

Banyak UMKM lokal yang memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Ketika UMKM terpaksa gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan Alfamidi, dampaknya tidak hanya terasa pada pengusaha, tetapi juga pada tenaga kerja yang sebelumnya menggantungkan hidupnya pada usaha kecil tersebut. Dengan semakin banyaknya UMKM yang tutup, angka pengangguran di daerah tersebut dapat meningkat.

Secara nilai, tingka pengangguran terbuka (TPT) Provinsi Gorontalo yang dirilis oleh BPS Provinsi Gorontalo 2023 merupakan ke 6 terendah di Indonesia dengan presentase 3,06%. Dari indikator ini, sektor yang berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja di banyak daerah, termasuk di Gorontalo.

Banyak pelaku UMKM yang membuka usaha kecil-kecilan, seperti warung makan, toko kelontong, kerajinan tangan, dan lain-lain. Sebagian besar lapangan kerja yang tercipta dari UMKM ini merupakan pekerjaan informal yang mengurangi tingkat pengangguran. Sebagai contoh, banyak orang di Gorontalo yang bekerja di usaha keluarga atau bisnis kecil lainnya yang mampu menyediakan pekerjaan meskipun tanpa formalitas yang signifikan.

Baca Juga:  Masa Tenang, Refleksi Perputaran Dana saat Kampanye dalam Ekonomi Lokal Gorontalo

Yang harus Dilakukan Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah perlu mengadakan pelatihan yang berfokus pada pengembangan keterampilan manajerial, pemasaran, dan operasional bagi pelaku UMKM lokal Gorontalo. Pemerintah mesti melatih UMKM lokal untuk memanfaatkan media sosial, platform e-commerce, dan teknologi digital dalam memasarkan produk mereka, yang bisa menjadi alat untuk bersaing dengan ritel besar.

Selain itu, pemerintah perlu malakukan pemberdayaan UMKM, penyediaan akses pembiayaan, kemitraan dengan ritel besar, dan pengembangan pasar digital, pemerintah dapat membantu UMKM bertahan dan berkembang meskipun menghadapi persaingan dengan jaringan ritel besar.

Perlindungan yang tepat, insentif, dan dukungan terhadap inovasi akan memastikan bahwa UMKM lokal tetap memiliki peluang untuk tumbuh di tengah keberadaan ritel besar seperti Alfamidi.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel
Example 120x600