Scroll untuk baca berita
Nasional

Ekspor Indonesia Melemah, Surplus Perdagangan Menguat

×

Ekspor Indonesia Melemah, Surplus Perdagangan Menguat

Sebarkan artikel ini
Ekspor Indonesia Melemah, Surplus Perdagangan Menguat/Hibata.id
Ekspor Indonesia Melemah, Surplus Perdagangan Menguat/Hibata.id

Hibata.id – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor Indonesia pada Januari 2025 mengalami penurunan sebesar 8,56 persen secara bulanan (month-on-month/mom), namun tetap tumbuh 4,68 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Total nilai ekspor tercatat mencapai 21,45 miliar dolar AS, didorong oleh ekspor non-migas yang mencapai 20,40 miliar dolar AS atau meningkat 6,81 persen yoy.

Scroll untuk baca berita

Komoditas unggulan mengalami penurunan baik secara bulanan maupun tahunan. Batu bara, yang menyumbang 10,63 persen dari total ekspor, turun 19,33 persen mom dan 9,99 persen yoy.

Penurunan lebih tajam terjadi pada ekspor minyak kelapa sawit (CPO) dan produk turunannya, yang memiliki kontribusi 7,04 persen terhadap ekspor nasional.

Ekspor CPO turun 24,10 persen mom dan 16,68 persen yoy, terutama akibat merosotnya permintaan dari India (-43,65 persen mom), Pakistan (-52,92 persen mom), Tiongkok (-76,92 persen mom), dan Amerika Serikat (-22,71 persen mom).

Baca Juga:  Jawa Barat, Jadi Provinsi dengan Pemain Judi Online Terbanyak di Indonesia

Impor Turun, Dipengaruhi Penurunan Impor Migas dan Barang Konsumsi

Pada sisi impor, Januari 2025 mencatat penurunan 15,18 persen mom dan 2,67 persen yoy, dengan total nilai impor mencapai 18,00 miliar dolar AS. Impor migas anjlok 24,69 persen mom dan 7,99 persen yoy menjadi 2,48 miliar dolar AS, sedangkan impor non-migas turun 13,43 persen mom dan 1,76 persen yoy.

Berdasarkan jenis penggunaan, impor bahan baku dan penolong—yang berkontribusi 72,43 persen terhadap total impor—menurun 13,11 persen mom dan 3,15 persen yoy.

Penurunan signifikan terjadi pada impor bahan bakar mineral (HS 27) yang merosot 26 persen mom, besi dan baja turun 23,39 persen mom, serta barang modal yang turun 15,19 persen mom meskipun tumbuh 1,74 persen yoy.

Baca Juga:  Aksi Unjuk Rasa Jurnalis Gorontalo Tolak RUU Penyiaran

Sementara itu, impor barang konsumsi mengalami kontraksi 28,65 persen mom dan 7,16 persen yoy, seiring dengan normalisasi aktivitas ekonomi pasca-liburan akhir tahun dan jumlah hari kerja yang lebih pendek di Januari 2025.

Surplus Perdagangan Menguat di Tengah Ketidakpastian Global

Meskipun ekspor melemah, penurunan impor yang lebih tajam mendorong surplus neraca perdagangan Indonesia naik dari 2,24 miliar dolar AS pada Desember 2024 menjadi 3,45 miliar dolar AS pada Januari 2025.

Namun, tantangan eksternal masih membayangi kinerja perdagangan nasional. Tiongkok dan Jepang, sebagai mitra dagang utama Indonesia, menghadapi tekanan ekonomi yang diproyeksikan melambat dibandingkan 2024.

Baca Juga:  Perekrutan CPNS 2024 Bakal Dibuka 3 Kali, Berikut Tahapannya

Selain itu, potensi pelemahan harga komoditas dapat berdampak pada penerimaan negara, baik dari sektor pajak maupun nonpajak, yang berisiko menekan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Optimisme dan Strategi ke Depan

Dalam menghadapi dinamika perdagangan global, strategi diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan nilai tambah produk menjadi kunci utama. Pemerintah terus mendorong hilirisasi industri guna mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah serta meningkatkan daya saing di pasar internasional.

Dengan kondisi ini, pemantauan kebijakan perdagangan global serta langkah strategis dalam memperkuat daya saing produk ekspor menjadi faktor krusial dalam menjaga stabilitas neraca perdagangan Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel
Example 120x600