“Anehnya, surat dari Lapas yang diterima keluarga, tertulis bahwa korban meninggal karena sakit. Padahal dikatakan awal, korban meninggal bunuh diri,” ujarnya.
Lebih mencurigakan lagi kata Fahmid, jawaban berbeda dari dua petugas Lapas itu sendiri.
Baca Juga: Profil Supratman Andi, Pengganti Yasonna Laoly sebagai Menkumham
“Salah satu anggota Sipir bilang, korban bunuh diri menggunakan tali jemuran. Sedangkan Kepala Sipir bilang, yang digunakan sarung. Mana yang benar,?” tanya Fahmid merasa ada hal aneh.

Ironisnya kata Fahmid lagi, orang tua perempuan dari korban disuruh menandatangani surat yang berisi tidak keberatan atas kematian anaknya.
“Bunyi surat yang disuruh tanda tangan sama ibu korban itu berisi pernyataan tidak keberatan. Seolah-olah ini skenario. Semacam ada yang ditutup-tutupi,” kata Fahmid menambahkan.
“Sehingga kami beberapa keluarga sepakat akan menempuh jalur hukum. Saya dan paman saya Andriyanto bantu sudah mendatangi Polda Gorontalo. Kami berharap polisi bisa mengungkap motif kematian tidak wajar ini,” katanya.
Hingga berita ini tayang, awak media masih berupaya terhubung dengan pihak Lapas Kelas IIA Gorontalo.
Bagian Humas Lapas Kelas IIA Gorontalo, Ikbal Gobel, yang dihubungi melalui WhatsApp, mengarahkan wartawan untuk melakukan konfirmasi langsung ke pejabat Lapas berwenang.
“Iya pak benar ada yang meninggal. Saya cuma Humas pak, bukan pejabat yang berwenang memberikan statement. Bisa datang langsung ke kantor saja pak. Saya sudah konfirmasi dengan pejabat yang berwenang, beliau siap menerima untuk di wawancarai,” jawabnya singkat.
Tanggapan Pihak Lapas
Kepala Lapas Kelas IIA Gorontalo melalui Kepala Seksi (Kasi) Binadik, Kasdim ketika dikonfirmasi membenarkan peristiwa gantung diri tersebut.