Hibata.id – Wilayah pesisir Kota Gorontalo menyimpan potensi ekonomi, sosial, dan ekologi yang besar. Menghadap langsung ke Teluk Tomini, kawasan ini memiliki posisi strategis bagi aktivitas perikanan, transportasi laut, perdagangan, hingga pariwisata bahari. Namun, di balik potensi tersebut, masyarakat pesisir masih dihadapkan pada persoalan infrastruktur dan ketimpangan pembangunan yang belum sepenuhnya teratasi.
Kajian yang dimuat dalam Jambura Journal of Urban and Regional Planning Vol. 2 No. 1 Tahun 2024 berjudul Analisis Pengembangan Wilayah Pesisir Pantai Berdasarkan Teknologi Infrastruktur di Kota Gorontalo, yang ditulis oleh Rindang Adhaini Darwanto dan Muhammad Rijal Syukri, mencatat bahwa pengembangan wilayah pesisir Kota Gorontalo mulai diarahkan pada pemanfaatan teknologi infrastruktur. Meski menunjukkan kemajuan, implementasinya dinilai belum sepenuhnya menjawab kebutuhan mendasar masyarakat pesisir.
Salah satu persoalan utama adalah ketergantungan ekonomi warga pada perikanan tangkap tradisional. Di wilayah seperti Kelurahan Leato Selatan dan Botutonuo, sebagian besar masyarakat menggantungkan hidup sebagai nelayan dengan alat tangkap sederhana. Aktivitas melaut sangat bergantung pada kondisi cuaca, sehingga ketika gelombang tinggi terjadi, pendapatan nelayan ikut terhenti.
Keterbatasan infrastruktur pendukung perikanan juga menjadi hambatan. Fasilitas seperti cold storage, sentra pengolahan ikan, dan sistem logistik belum tersedia secara memadai. Akibatnya, hasil tangkapan nelayan umumnya dijual dalam kondisi segar dengan harga yang fluktuatif dan nilai tambah ekonomi yang rendah.
Persoalan lain adalah kerentanan kawasan pesisir terhadap banjir dan dampak perubahan iklim. Sistem drainase yang belum merata meningkatkan risiko banjir rob, terutama di kawasan permukiman padat di sepanjang garis pantai.
Kajian tersebut mengidentifikasi sejumlah faktor yang saling berkaitan. Pertama, kesenjangan akses dan pemanfaatan teknologi. Meski banyak nelayan telah memiliki telepon pintar, penggunaannya masih terbatas pada komunikasi dasar dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk mengakses informasi cuaca laut, harga ikan, maupun teknologi penangkapan yang lebih efisien.
Kedua, infrastruktur fisik dan digital yang belum terintegrasi. Jalan, pelabuhan, dan jaringan telekomunikasi terus dikembangkan, namun belum sepenuhnya terhubung dengan sistem produksi dan distribusi hasil perikanan masyarakat pesisir.
Ketiga, rendahnya kapasitas sumber daya manusia. Tingkat pendidikan yang relatif rendah membuat proses adopsi teknologi dan diversifikasi usaha berjalan lambat. Pengetahuan tentang pengelolaan sumber daya laut serta mitigasi bencana juga masih terbatas.
Keempat, tantangan tata kelola dan keberlanjutan lingkungan. Tekanan pembangunan di wilayah pesisir, mulai dari permukiman hingga aktivitas pelabuhan, berpotensi mengancam ekosistem pesisir jika tidak diimbangi dengan perencanaan berbasis data dan teknologi.
Untuk menjawab tantangan tersebut, kajian merekomendasikan penguatan infrastruktur berbasis teknologi, termasuk sistem drainase dan mitigasi bencana yang didukung pemetaan wilayah rawan banjir menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Pemanfaatan energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, juga dinilai penting untuk menjamin pasokan listrik yang stabil di kawasan pesisir.
Di sektor ekonomi, penguatan infrastruktur digital diperlukan agar nelayan dapat mengakses informasi pasar dan cuaca secara real-time. Pengembangan layanan e-government juga dipandang mampu mempercepat perizinan usaha serta meningkatkan transparansi pelayanan publik.
Selain itu, pengembangan pendidikan dan riset kelautan dinilai sebagai kunci jangka panjang. Sebagai ibu kota provinsi, Kota Gorontalo memiliki peluang menjadi pusat riset pesisir yang mendorong lahirnya inovasi teknologi tepat guna bagi masyarakat nelayan.
Kajian tersebut menegaskan bahwa keberhasilan pembangunan wilayah pesisir tidak hanya ditentukan oleh pembangunan fisik, tetapi juga oleh pendampingan berkelanjutan, peningkatan kapasitas masyarakat, serta integrasi kebijakan lintas sektor. Tanpa itu, teknologi berisiko menjadi proyek tanpa dampak nyata bagi kesejahteraan warga.
Pengembangan wilayah pesisir Kota Gorontalo, pada akhirnya, bukan semata soal membangun infrastruktur, melainkan bagaimana potensi besar pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.












