Hibata.id – Sabtu Malam (3/5/2025) itu, Lapangan Taruna Remaja di Kota Gorontalo dipenuhi dengan ribuan pasang mata yang penuh semangat, mengikuti prosesi khatam raya yang tak hanya sekadar acara rutin, tapi sebuah momen yang sarat makna. 1.570 santri, yang mewakili 203 TPA dan TPQ dari seluruh kecamatan, dengan khidmat dan penuh harapan, melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dalam sebuah gelaran yang ke-34 kalinya.
Di balik semaraknya acara, ada kisah-kisah kecil yang terukir. Santri-santri cilik yang mengenakan pakaian putih bersih, duduk rapat di atas hamparan rumput lapangan, dengan bibir yang melafalkan kalam Allah SWT. Mereka adalah wajah masa depan Gorontalo, generasi yang diharapkan bukan hanya menghafal Al-Qur’an, tetapi juga memahami dan mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebuah cita-cita besar yang tak bisa dicapai dalam semalam, melainkan lewat proses panjang yang diawali dengan pendidikan agama yang mendalam. Wali Kota Gorontalo, Adhan Dambea, hadir di tengah-tengah mereka, dengan senyum hangat yang menyiratkan harapan. Di hadapan para santri, guru-guru TPA, orang tua, dan seluruh elemen masyarakat yang mendukung, Adhan menyampaikan pesan yang menggetarkan.
“Kita tidak boleh berhenti menciptakan generasi Qur’ani yang mencintai Al-Qur’an dan paham maknanya,” tegasnya, dengan suara lantang yang menggema di udara malam. “Mereka adalah masa depan, yang akan membawa cahaya agama dalam kehidupan kita,” ungkapnya.
Dalam suasana yang khidmat itu, setiap tahapan prosesi khatam raya menyimpan arti tersendiri. Sejak awal, panitia telah menyusun agenda dengan cermat. Berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota, panitia membentuk tim seleksi yang bekerja keras untuk memilih santri terbaik dari setiap kecamatan.
Proses seleksi yang ketat—mulai dari pendataan, penilaian tingkat kecamatan, hingga latihan qira’at massal—diikuti dengan semangat tinggi. Dua qari nasional, Warman Popalo dan Audillah Nur Muharram, memberikan bimbingan langsung, memastikan bahwa setiap santri menguasai bacaan Al-Qur’an dengan benar dan penuh penghayatan.
Hari itu, penghargaan pun diberikan kepada santri-santri terbaik. Wali Kota Adhan dengan bangga menyerahkan piagam penghargaan kepada mereka yang terpilih, sebagai bentuk apresiasi atas usaha dan dedikasi mereka. Namun, di balik setiap piagam yang diterima, ada pesan yang lebih dalam: prestasi ini bukanlah akhir, tetapi awal dari perjalanan panjang untuk terus mengamalkan dan menebarkan nilai-nilai Al-Qur’an.
Di setiap sudut lapangan, kegembiraan dan haru tampak jelas. Dari Sipatana dengan 253 santrinya hingga Hulonthalangi yang mengirimkan 95 peserta, semangat yang sama terasa mengalir di antara mereka. Mereka adalah bagian dari upaya besar untuk menjadikan Gorontalo sebagai kota yang tak hanya maju dalam hal pembangunan, tetapi juga kokoh dalam nilai-nilai agama.
Adhan Dambea menutup sambutannya dengan sebuah seruan yang tegas. “Ini bukan hanya tentang hari ini. Ini adalah tentang terus-menerus mencetak generasi yang cinta Al-Qur’an, yang menjadikan kitab suci ini sebagai pedoman hidup,” ucapnya.
Malam itu, Lapangan Taruna Remaja bukan sekadar arena untuk merayakan khatam Al-Qur’an. Ia adalah saksi bisu dari semangat yang tak akan pernah padam untuk menciptakan generasi Qur’ani, yang siap menerangi jalan peradaban dengan cahaya ilmu dan akhlak mulia.