Hibata.id – Wakil Ketua Umum Partai Golkar sekaligus anggota Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo, mendorong Universitas Udayana Bali untuk melakukan kajian akademis terkait pemanfaatan energi nuklir berbasis thorium sebagai energi alternatif di Indonesia. Energi nuklir dinilai mampu mendukung transisi energi sekaligus meningkatkan ketahanan energi nasional.
“Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi nuklir, khususnya thorium dan uranium. Pemanfaatan energi nuklir ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada batu bara, tetapi juga menciptakan energi yang lebih bersih dan efisien,” ujar Bambang Soesatyo dalam pertemuannya dengan Rektor Universitas Udayana, I Ketut Sudarsana, di Bali, Kamis (26/12).
Menurut data Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Indonesia memiliki cadangan uranium mencapai 90.000 ton dan thorium sebesar 150.000 ton. Cadangan tersebut tersebar di berbagai wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Sumatera tercatat memiliki sekitar 31.567 ton uranium dan 126.821 ton thorium. Sementara itu, Kalimantan menyimpan 45.731 ton uranium dan 7.028 ton thorium, serta Sulawesi dengan 3.793 ton uranium dan 6.562 ton thorium.
Thorium Sebagai “Nuklir Hijau”
Bambang, yang juga Ketua MPR RI ke-15, menekankan bahwa thorium sering disebut sebagai “nuklir hijau” karena limbah radioaktif yang dihasilkan jauh lebih rendah dibandingkan uranium. Thorium juga lebih efisien, dengan hanya membutuhkan 7 ton untuk menghasilkan 1 GW listrik per tahun, dibandingkan uranium yang membutuhkan 200-250 ton untuk kapasitas energi yang sama.
“Pemanfaatan thorium bisa menjadi solusi dalam menghadapi tantangan transisi energi dan mendukung komitmen global untuk menekan emisi karbon,” imbuhnya.
Manfaat Ekonomi dan Ketahanan Energi
Selain aspek lingkungan, pengembangan energi nuklir juga dinilai mampu memberikan manfaat ekonomi. Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir dapat membuka lapangan kerja baru, menarik investasi sektor swasta, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
“Pengembangan energi nuklir juga merupakan langkah strategis dalam diversifikasi sumber energi nasional. Dalam situasi global yang tidak menentu, diversifikasi ini sangat penting untuk menjaga ketahanan energi Indonesia,” terang Bambang.
Tantangan Pengembangan Nuklir di Indonesia
Meski peluangnya menjanjikan, Bambang mengakui bahwa pengembangan energi nuklir di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti kebutuhan regulasi yang mendukung, peningkatan pengetahuan masyarakat, serta pengelolaan limbah nuklir secara aman.
“Isu keselamatan nuklir harus menjadi prioritas. Regulasi yang jelas dan dukungan teknologi mutakhir diperlukan agar pemanfaatan energi nuklir dapat berjalan tanpa risiko,” tegasnya.
Bambang juga menambahkan pentingnya pengembangan pendidikan dan pelatihan di bidang energi nuklir untuk meningkatkan kapasitas tenaga kerja lokal. “Pengetahuan teknis dan keterampilan di bidang ini masih perlu ditingkatkan agar kita bisa memaksimalkan potensi energi nuklir di masa depan,” pungkasnya.