Scroll untuk baca berita
Nusantara

Lapangan Buntulia Bersinar dalam Malam Tumbilotohe

×

Lapangan Buntulia Bersinar dalam Malam Tumbilotohe

Sebarkan artikel ini
1.446 lampu dari botol yang dipasang di Lapangan Desa Buntulia Utara, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato untuk dalam perayaan Tumbilotohe. (Foto: Istw)
1.446 lampu dari botol yang dipasang di Lapangan Desa Buntulia Utara, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato untuk dalam perayaan Tumbilotohe. (Foto: Istw)

Hibata.id – Gorontalo kembali diterangi cahaya gemerlap dalam perayaan Tumbilotohe, tradisi malam pasang lampu yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya turun-temurun.

Tahun ini, Lapangan Desa Buntulia Utara, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato, menyuguhkan suasana yang lebih istimewa dengan hadirnya 1.446 lampu dari botol bekas.

Scroll untuk baca berita

Keindahan yang tercipta dari lampu-lampu tersebut memancarkan kehangatan dan semangat kebersamaan yang luar biasa.

Menurut pantauan Hibata.id, warga dari berbagai penjuru daerah tampak berdatangan untuk menyaksikan keindahan perayaan ini.

Banyak di antaranya yang tak melewatkan kesempatan untuk mengabadikan momen, berfoto di tengah gemerlapnya cahaya, menjadikan malam Tumbilotohe sebagai pengalaman yang tak terlupakan.

Namun, keberhasilan perayaan ini tidak hanya terletak pada kemegahan visual semata. Ada pesan penting tentang pelestarian budaya dan kepedulian terhadap lingkungan yang diusung oleh Pemuda Buntulia melalui Festival Green Tumbilotohe.

Baca Juga:  Lambang Sulawesi Utara: Simbol Kejayaan dan Identitas Provinsi

Festival ini muncul sebagai inovasi dalam merayakan Tumbilotohe dengan pendekatan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Pemanfaatan botol bekas sebagai bahan utama lampu bukan hanya menciptakan keindahan visual, tetapi juga menjadi simbol kesadaran pentingnya menjaga lingkungan.

Azhar Badiu, Ketua Panitia Pelaksana mengatakan, melalui festival ini, pihaknya ingin menunjukkan bahwa budaya bisa dilestarikan dengan cara yang inovatif dan ramah lingkungan.

“Selain menjaga tradisi, kami juga berusaha mengurangi limbah serta memanfaatkan sumber daya yang ada,” ungkap Azhar Badiu.

Baca Juga:  Bazar Ramadhan 2024, ini Harapan Gubernur Gorontalo

Salah satu inovasi menarik yang dihadirkan dalam perayaan ini adalah penggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar utama lampu-lampu.

Inisiatif ini bertujuan untuk menggantikan bahan bakar yang kurang ramah lingkungan sekaligus mendukung pemanfaatan produk lokal.

“Ini adalah inisiatif dari kami, Pemuda Buntulia, untuk menjaga budaya Gorontalo tetap lestari,” jelasnya.

Azhar bilang, pihaknya ingin memastikan bahwa Festival Tumbilotohe bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga menjadi momentum untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya merawat dan mempertahankan budaya.

Festival Green Tumbilotohe ini tidak hanya berfungsi sebagai upaya pelestarian budaya, namun juga memiliki potensi besar untuk mengangkat pariwisata Gorontalo.

Dengan konsep yang unik dan inovatif, festival ini diharapkan dapat menarik perhatian wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Baca Juga:  Putra Sang Fajar: Makna dari Julukan Bung Karno

“Kami berharap festival ini dapat menjadi agenda tahunan yang terus berkembang dan dikenal lebih luas,” ucapnya.

“Selain melestarikan budaya, kami juga ingin menjadikan Gorontalo sebagai destinasi wisata yang kaya akan tradisi dan inovasi,” sambungnya.

Malam Tumbilotohe di Lapangan Buntulia tahun ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga sebuah bukti bahwa tradisi dan inovasi dapat berjalan seiring.

Dengan semangat gotong royong dan kepedulian terhadap lingkungan, Festival Green Tumbilotohe menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk menjaga dan meneruskan warisan budaya Gorontalo agar tetap bersinar, baik kini maupun di masa depan.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel
Example 120x600