Penuls: Ramlan Tangahu, SH
Hibata.id – Tengah dinamika politik yang semakin kompleks, pendidikan karakter menjadi elemen fundamental bagi politisi di Provinsi Gorontalo, khususnya di Kabupaten Pohuwato.
Tuntutan untuk menjaga marwah partai politik menjadi semakin mendesak, seiring dengan menurunnya kepercayaan publik terhadap dunia politik.
Hal ini tidak hanya berkaitan dengan performa partai secara keseluruhan, tetapi juga dengan tindakan dan sikap individu kader-kader yang terlibat di dalamnya.
Di era demokrasi modern, kader dan pengurus partai politik di Gorontalo dihadapkan pada tantangan besar, bagaimana menjaga reputasi partai di mata publik.
Kepercayaan masyarakat yang menurun bukan semata-mata disebabkan oleh kegagalan struktural dalam partai, tetapi juga oleh sikap emosional dan temperamental kader yang seringkali memperburuk citra partai.
Politisi yang tidak mampu mengendalikan emosi mereka dapat mengakibatkan kerusakan signifikan terhadap citra partai, bahkan merusak kepercayaan masyarakat yang telah dibangun dengan susah payah.
Memasuki masa pemilihan kepala daerah (Pilkada), kebutuhan akan pendidikan karakter menjadi semakin jelas. Dalam konteks ini, partai politik harus memprioritaskan pengembangan karakter para anggotanya.
Pendidikan karakter yang efektif dapat memastikan bahwa kader-kader partai tidak hanya fokus pada ambisi pribadi, tetapi juga pada pelayanan kepada masyarakat.
Kader yang tidak terlatih dalam pendidikan karakter cenderung menunjukkan perilaku arogan dan tidak responsif setelah terpilih, yang dapat mengakibatkan keterasingan dari rakyat yang mereka wakili.
Seringkali, para calon legislatif (caleg) menunjukkan perubahan sikap yang mencolok setelah pemilihan. Mereka yang sebelumnya mengklaim akan bekerja demi kepentingan rakyat seringkali terjebak dalam sikap angkuh dan tidak peduli terhadap konstituen yang tidak memilih mereka.
Ini adalah masalah mendasar yang perlu diatasi melalui pendidikan karakter yang menyeluruh dan berkelanjutan.
Karakter politisi yang menunjukkan sikap kurang peduli terhadap masyarakat atau yang tidak mau mengakui mereka yang tidak memilihnya, adalah contoh nyata dari masalah yang ada.
Jika tidak diatasi, sikap-sikap seperti ini dapat mengikis kepercayaan masyarakat dan merusak legitimasi partai politik di mata publik.
Oleh karena itu, upaya untuk menghapuskan karakter-karakter tersebut di Gorontalo, khususnya di Pohuwato, harus menjadi prioritas utama.
Pendidikan karakter yang baik bukan hanya tentang mengajarkan etika dan moral, tetapi juga tentang membangun kesadaran akan tanggung jawab sosial dan politik.
Kader partai perlu dilatih untuk memahami pentingnya integritas, transparansi, dan empati dalam setiap tindakan mereka.
Proses ini melibatkan pengembangan kemampuan komunikasi yang efektif, keterampilan dalam menangani konflik, dan pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Selain itu, penting untuk menciptakan mekanisme pengawasan dan evaluasi yang efektif untuk memastikan bahwa pendidikan karakter yang diterapkan benar-benar memberikan dampak positif.
Program pelatihan harus diikuti dengan tindakan nyata yang mencerminkan nilai-nilai yang diajarkan.
Hal ini termasuk mengadakan sesi refleksi dan umpan balik yang memungkinkan kader untuk mengevaluasi dan memperbaiki perilaku mereka secara berkala.
Implementasi pendidikan karakter harus dimulai sejak dini, dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam proses pendidikan.
Program-program pelatihan harus mencakup berbagai aspek, termasuk cara berkomunikasi yang baik, etika dalam pengambilan keputusan.
Serta pengembangan keterampilan kepemimpinan yang inklusif. Keterlibatan masyarakat dalam program ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas kader, tetapi juga membangun kepercayaan publik terhadap partai politik.
Mengubah paradigma dan budaya politik yang ada tidaklah mudah, tetapi ini adalah langkah yang harus diambil untuk memastikan bahwa partai politik di Gorontalo, khususnya di Pohuwato, dapat benar-benar berfungsi sebagai perwakilan rakyat yang efektif.
Pendidikan karakter yang solid adalah kunci untuk mencapai perubahan yang berkelanjutan dan memastikan bahwa politisi tidak hanya dikenal karena jabatan mereka, tetapi juga karena integritas dan dedikasi mereka terhadap pelayanan publik.
Akhirnya, kesuksesan dalam pendidikan karakter tidak hanya diukur dari perubahan yang terlihat pada individu, tetapi juga dari dampaknya terhadap masyarakat secara keseluruhan.
Jika setiap kader partai dapat menginternalisasi dan menerapkan nilai-nilai karakter yang baik, maka kita dapat berharap bahwa kepercayaan masyarakat terhadap partai politik akan meningkat, dan partai akan mampu berperan secara positif dalam pembangunan daerah dan negara.
Pendidikan karakter adalah investasi jangka panjang yang akan membuahkan hasil jika dikelola dengan baik. Ini bukan hanya tentang memperbaiki citra partai, tetapi tentang membangun fondasi yang kokoh untuk demokrasi yang lebih sehat dan masyarakat yang lebih adil.
Melalui upaya yang konsisten dan terencana, politisi di Gorontalo dan Pohuwato dapat menjadi teladan dalam dunia politik yang sering kali dipenuhi oleh tantangan dan kontroversi