Hibata.id – Panggung Indonesian Idol berubah menjadi arena klimaks bagi dua penyanyi muda yang tengah memijak ambang ketenaran.
Fajar Noor dan Shabrina Leanor, dua nama yang kini akrab di telinga publik, saling adu pesona vokal dalam babak Grand Final ajang pencarian bakat paling populer di Tanah Air itu.
Disiarkan langsung dari Studio RCTI mulai pukul 21.15 WIB, malam final itu berlangsung megah.
Di antara sorotan lampu dan dentum aransemen musik, Fajar dan Shabrina tak sekadar tampil—mereka mengekspresikan perjalanan, ambisi, dan harapan yang telah dipupuk sepanjang musim ke-13 Indonesian Idol.
Malam itu dibuka dengan duet penuh emosi. Mereka membawakan “Sesaat Kau Hadir”, lagu ikonis karya mendiang Utha Likumahuwa.
Panggung sejenak menjadi ruang nostalgia. Kolaborasi dengan Raisa dan visual khusus penampilan Glenn Fredly kian mengukuhkan suasana haru dan megah, seperti ingin mengingatkan bahwa musik bukan sekadar kompetisi, melainkan warisan rasa dan cerita.
Dari bangku juri, lima standing ovation menjadi penanda: keduanya bukan sekadar finalis, mereka adalah calon ikon baru industri musik Indonesia.
Aura kompetitif memang terasa, tapi yang lebih mengemuka adalah chemistry—seolah dua bintang itu saling mendorong satu sama lain mencapai versi terbaik diri mereka.
Meski sorak-sorai telah reda, pemenang belum diumumkan. Penyelenggara memastikan bahwa hasil voting publik akan dipublikasikan dalam acara “Result Show & Reunion” pada Senin, 19 Mei mendatang.
“Para finalis telah memberikan penampilan terbaik mereka malam ini. Kita tunggu hasil akhir minggu depan,” tulis akun resmi @indonesianidolid di Instagram.
Fajar Noor, dikenal lewat teknik vokalnya yang matang dan kekuatan karakter suara, menjadi sorotan sejak audisi pertama. Ia membawa nuansa old-school yang dibungkus dalam gaya modern.
Sementara Shabrina Leanor, gadis muda asal Jawa Timur, menonjol karena kepiawaiannya menghidupkan lagu-lagu balada. Sorot matanya di atas panggung kerap menjelma menjadi bahasa emosional yang tak bisa diajarkan.
Di dunia digital, keduanya membangun fanbase masif. Fajar diasosiasikan dengan kekuatan dan ketenangan; Shabrina dengan kelembutan dan keberanian emosional.
Kontras itu justru menjadikan kompetisi ini begitu hidup dan relevan di tengah tren musik yang makin cair.
Kini, tinggal satu pekan menuju keputusan final. Publik menunggu, bukan sekadar siapa yang menang, tapi siapa yang benar-benar akan bertahan dalam jagat musik Indonesia yang dinamis dan tak selalu ramah.
Grand Final mungkin telah selesai, tapi babak baru untuk Fajar dan Shabrina baru saja dimulai.