Hibata.id – Langit malam di Lapangan Taruna Remaja diselimuti gema ayat suci. Kamis, 1 Mei 2025, Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadits (STQH) ke-28 tingkat Kota Gorontalo resmi ditutup. Namun bagi Wali Kota Gorontalo, H. Adhan Dambea, perhelatan itu tak boleh berakhir begitu saja.
“Yang usai hanya event-nya. Spirit religius ini harus tetap hidup di tengah masyarakat,” kata Adhan dalam sambutan penutupannya. Kalimat itu bukan basa-basi, melainkan penegasan bahwa STQH bukan sekadar perlombaan, tapi ruang pembentukan karakter dan kesadaran spiritual kolektif.
Digelar dua tahunan, STQH jadi panggung bergengsi bagi para Qari/Qariah dan Hafidz/Hafidzah dari sembilan kecamatan se-Kota Gorontalo. Tahun ini, 149 peserta turun gelanggang dalam cabang-cabang lomba yang meliputi Tilawah, Hifdzil Qur’an hingga 30 juz, Musabaqah Hadits, serta Karya Tulis Ilmiah Hadits. Dari ratusan itu, 75 peserta keluar sebagai juara—dari peringkat terbaik I hingga harapan III.
Adhan mengucapkan selamat kepada para juara, namun tak lupa menyemangati mereka yang belum berhasil. “Kegagalan hari ini bisa jadi pintu keberhasilan esok hari,” ujarnya. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada LPTQ, dewan hakim, panitia, serta seluruh elemen masyarakat yang menyukseskan STQH.
Lebih dari itu, ia menekankan perlunya kesinambungan. “Budaya membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur’an serta Hadits harus terus ditanamkan. Jangan hanya ramai ketika ada lomba,” kata Adhan, menegaskan bahwa kegiatan keagamaan semestinya menjadi bagian dari denyut kehidupan masyarakat Kota Gorontalo.
Tak ingin momentum hilang begitu saja, Adhan langsung mengarahkan persiapan menuju STQH tingkat Provinsi Gorontalo. “Pemusatan latihan akan segera digelar. Kita ingin mengulang prestasi dua tahun lalu: juara umum,” ujarnya dengan nada optimistis.
STQH memang telah ditutup, namun rangkaian kegiatan religius di kota ini belum akan surut. Dalam waktu dekat, pemerintah akan melantik pengurus rema muda se-Kota Gorontalo dan menggelar Khatam Raya yang bakal diikuti lebih dari seribu peserta.
“Ini bukti bahwa kegiatan keagamaan di Gorontalo bukan seremonial belaka, melainkan bagian dari ikhtiar mencetak masyarakat Qur’ani yang berakhlak mulia,” pungkas Adhan, sebelum turun dari panggung, diiringi lantunan doa dan harapan yang menggantung di langit malam.