Hibata.id – Di balik megahnya kubah Masjid Agung Baiturrahim, ternyata tersimpan kekosongan yang membuat Wali Kota Gorontalo Adhan Dambea mengernyit. Masjid terbesar dan tertua di Kota Gorontalo itu, hingga awal Mei 2025, belum memiliki struktur remaja masjid.
“Ini masjid kota. Ikon. Harusnya jadi teladan. Tapi kok belum ada remaja masjidnya?” ujar Adhan dengan nada kecewa, Jumat malam, 2 Mei 2025, dalam acara pengukuhan remaja masjid se-Kota Gorontalo.
Bagi Adhan, absennya struktur kepemudaan di Masjid Agung bukan sekadar soal administratif. Ia melihatnya sebagai kegagalan dalam menghidupkan fungsi masjid sebagai pusat pembinaan umat—terutama anak muda yang menurutnya punya peran vital dalam arah masa depan kota.
Masjid Baiturrahim, yang berdiri gagah di jantung kota, selama ini lebih dikenal lewat kegiatan keagamaannya yang padat. Tapi bagi Adhan, tanpa partisipasi aktif remaja, masjid hanya akan menjadi bangunan sunyi di balik gemerlap lampu.
“Remaja masjid itu bukan pelengkap. Mereka agen perubahan. Di tangan mereka, masjid bisa menjadi tempat tumbuh nilai, semangat, dan kepemimpinan sosial,” tegasnya.
Ia mendorong agar pengurus masjid bersama tokoh masyarakat segera membentuk struktur remaja masjid. Menurut Adhan, peran pemuda dalam kegiatan keagamaan dan sosial tak bisa lagi ditunda, apalagi di tengah tantangan zaman yang kian kompleks.
“Ini bukan sekadar formalitas organisasi. Ini soal merawat masa depan lewat ruang-ruang yang membentuk karakter,” ujarnya.
Adhan melihat remaja masjid sebagai pelapis penting dalam pembangunan moral dan sosial. Dalam konteks yang lebih luas, ia menaruh harapan agar mereka juga bisa mengambil peran dalam isu-isu ekonomi kerakyatan dan kebangsaan.
“Kalau masjid ini benar-benar milik semua warga, maka harus juga mencerminkan denyut kehidupan kota—termasuk semangat dan energi pemuda,” ucapnya menutup.