Scroll untuk baca berita
Kabar

Camat Popayato Barat Akhirnya Buka Suara Soal Dugaan Intimidasi ASN, Tapi Tetap Tuai Kritik

×

Camat Popayato Barat Akhirnya Buka Suara Soal Dugaan Intimidasi ASN, Tapi Tetap Tuai Kritik

Sebarkan artikel ini

Hibata.id – Situasi di Popayato Barat, Kabupaten Pohuwato, mendadak memanas setelah mencuatnya dugaan intimidasi oleh seorang oknum ASN terhadap warga.

Dugaan itu bahkan terjadi di kantor camat. Namun, Camat Popayato Barat, Marjan Kisman Bula, punya cerita yang berbeda: “Ini cuma salah paham,” ujarnya.

Scroll untuk baca berita

Kisman mengaku mengetahui insiden itu justru bukan dari bawahannya, melainkan lewat telepon dari seorang rekan di Marisa. Ia mengaku sangat kaget dengan informasi yang diterimanya.

“Karena sebelumnya saya dan Aril (pihak yang disebut dalam dugaan) bahkan sempat hadir bersama dalam penutupan kegiatan KKST di Butungale,” tuturnya.

Versi Kisman, persoalan bermula dari dugaan pemukulan antara peserta mahasiswa KKS yang langsung ditangani kepolisian. Namun yang membuatnya heran, insiden itu berkembang menjadi narasi intimidasi oleh ASN terhadap warga.

Baca Juga:  PESONA TAMETO Dorong Generasi Muda Gorontalo Terapkan Gaya Hidup Halal dan Digital

“Syukurlah sudah ditangani pihak berwenang. Saya merasa tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan,” katanya.

Tapi versi lain yang berkembang. Beberapa hari setelah insiden itu mencuat, beredar kabar adanya perseteruan antara Syahril Razak—warga Desa Butungale—dan Penjabat Kepala Desa Tunas Jaya yang juga ASN, berinisial KL. Lokasinya disebut-sebut di kantor camat.

Bagi Kisman, itu hanyalah miskomunikasi biasa. “Tidak ada niat menuduh siapa pun. Surat ke Pak Bupati pun hanya permintaan kronologi, bukan laporan resmi untuk tindakan,” jelasnya.

Kisman mengaku sudah berupaya mempertemukan para pihak, bahkan merencanakan pertemuan di Palu. Sayangnya, penjabat kepala desa tak hadir.

Baca Juga:  Pejabat Kemenhub Dicopot Usai Viral Video Ngajak YouTuber Korea ke Hotel

Dinas PMD sudah menjadwalkan undangan klarifikasi, dan Wakil Bupati juga dikabarkan turun tangan untuk mengurai simpul-simpul ketegangan.

Namun di sisi lain, Syahril punya narasi berbeda. Ia justru merasa dizalimi—tidak hanya oleh oknum ASN, tapi juga oleh sikap camat yang menurutnya tak netral. Dalam keterangannya, Syahril menyebut sudah berulang kali menghubungi Camat Kisman, namun tak mendapat respons.

“Saya kecewa. Tiba-tiba saya dengar sudah ada laporan ke bupati, padahal kami belum pernah dipertemukan secara resmi,” ujarnya.

Kekecewaannya tak berhenti di situ. Dalam pesan langsung kepada camat, Syahril menilai klarifikasi yang disampaikan ke media tidak sesuai dengan kenyataan. Ia menuding camat seolah membela bawahannya.

“Saya siap dipertemukan dengan oknum ASN tersebut, beserta saksi-saksi yang melihat kejadian,” ucapnya.

Baca Juga:  PETI Dulupi Terus Beroperasi Meski Sudah Makan Korban, Penindakan APH Dipertanyakan

Menurut Syahril, sikap KL saat insiden terjadi jauh dari etika seorang ASN. “Marah-marah, duduk di atas meja, gaya preman. ASN begini bukan pelayan rakyat,” tegasnya.

Ia pun menyesalkan langkah camat yang menurutnya terburu-buru mengajukan laporan ke Bupati tanpa mekanisme mediasi yang adil.

“Camat harusnya jadi penengah, bukan berpihak. Ini malah seperti kepemimpinan model oligarki,” sindirnya.

Syahril kini mendorong dibukanya ruang mediasi yang netral, dengan kehadiran semua pihak, termasuk saksi mata.

Ia percaya, hanya dengan duduk bersama, kebenaran bisa diurai dan keadilan bisa ditegakkan..

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel
Example 120x600