Hibata.id – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diperkirakan mencapai 5,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan 2024 yang sebesar 5,03 persen.
Kendati demikian, proyeksi ini masih berada di bawah target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar 5,2 persen serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 yang menargetkan pertumbuhan hingga 5,3 persen.
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, Teuku Riefky, mengungkapkan bahwa prediksi ini didasarkan pada sejumlah faktor, termasuk penurunan daya beli masyarakat dan meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Faktor utama yang menjadi tantangan bagi pertumbuhan ekonomi tahun depan adalah penurunan daya beli, penyusutan kelas menengah, serta penurunan produktivitas di berbagai sektor industri,” ujar Riefky dalam keterangannya kepada Bloomberg Technoz, Rabu (5/3/2025).
Lonjakan PHK dan Dampaknya terhadap Ekonomi
Fenomena PHK menjadi perhatian serius seiring dengan rencana penutupan dua pabrik peralatan musik Yamaha, khususnya lini produksi piano, serta penghentian operasional PT Sanken Indonesia pada Juni 2025.
Data Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa sepanjang Januari-Desember 2024, sebanyak 77.965 tenaga kerja terdampak PHK, meningkat 20,21 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 64.855 orang.
Wakil Direktur LPEM FEB UI, Jahen Fachrul Rezki, menyoroti bahwa meskipun Pemilu, Pilkada, dan Idulfitri biasanya meningkatkan konsumsi, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,03 persen pada 2024. Menurutnya, efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah berpotensi memberikan tekanan lebih lanjut terhadap perekonomian nasional.
“Kami melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini kemungkinan besar berada di sekitar 5 persen, dengan margin plus-minus 0,1 persen. Tanpa reformasi kebijakan ekonomi yang signifikan, sulit bagi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan lebih tinggi,” kata Jahen.
Perbedaan Target Pertumbuhan Ekonomi
Di sisi lain, terdapat perbedaan pandangan antara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) terkait target pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Bappenas menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada 2029 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang RPJMN 2025-2029. Sementara itu, Kemenkeu masih mempertimbangkan target yang lebih realistis di kisaran 5 persen.
Perbedaan pandangan ini turut berimbas pada penundaan rapat kerja antara Bappenas, Kemenkeu, dan Komisi XI DPR RI yang awalnya dijadwalkan pada Senin (3/3/2025). Saat dikonfirmasi, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu, Deni Surjantoro, mengaku tidak mengetahui alasan pasti di balik penundaan tersebut.
“Yang saya tahu, rapat kerja hanya ditunda. Mengenai alasan detailnya, saya tidak memiliki informasi lebih lanjut,” kata Deni kepada Bloomberg Technoz, Selasa (4/3/2025).
Proyeksi Ekonomi 2025-2029
Berdasarkan RPJMN 2025-2029, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan meningkat secara bertahap, dengan rincian 5,3 persen pada 2025, 6,3 persen pada 2026, 7,5 persen pada 2027, 7,7 persen pada 2028, dan 8 persen pada 2029.
Pemerintah berharap, dengan stabilitas ekonomi makro yang kuat, Indonesia dapat mencapai Gross National Income (GNI) per kapita sebesar 8.000 dolar AS pada 2029.
Namun, perbedaan angka proyeksi dalam RPJMN dengan target yang ditetapkan dalam APBN 2025—yang hanya sebesar 5,2 persen—menjadi tantangan tersendiri dalam merancang kebijakan ekonomi yang efektif dan realistis.
Dengan berbagai tantangan yang masih mengintai, kebijakan ekonomi yang tepat dan reformasi struktural menjadi kunci dalam mencapai target pertumbuhan yang lebih tinggi dan berkelanjutan di masa mendatang.