Hibata.id – Angin laut pagi itu berembus pelan di Dermaga Mako Ditpolairud Polda Gorontalo. Di atas karang tepian dengan air laut yang tenang, sejumlah personel kepolisian berdiri khidmat, membawa bunga di tangan.
Mereka tidak sekadar memperingati HUT Bhayangkara ke-79, tetapi memberi ruang bagi kenangan dan doa kepada rekan-rekan mereka yang telah gugur dalam tugas.
Tabur bunga di laut bukan sekadar prosesi rutin. Bagi Kombes Pol Rudi Haryanto, yang memimpin upacara pagi itu, momen ini adalah bentuk pengingat bahwa tugas sebagai aparat kepolisian selalu menyisakan cerita pengorbanan.
“Kita datang bukan hanya untuk menabur bunga, tapi untuk mengingat bahwa di balik seragam ini, banyak kisah keberanian yang berakhir sunyi,” ucap Rudi di tengah prosesi.
Upacara dimulai dengan penghormatan kepada arwah para pahlawan. Lalu kapal Ditpolairud membawa rombongan beberapa ratus meter dari dermaga.
Di tengah laut yang tenang, bunga-bunga melayang pelan di atas air, tenggelam bersama doa dan rasa hormat.
Beberapa pejabat utama Polda Gorontalo tampak hadir. Tidak ada tepuk tangan. Tidak pula aba-aba resmi yang berlebihan.
Semua berlangsung sederhana. Hadir antara lain Karo Rena, Dir Reskrimum, Dir Lantas, Dir Pam Obvit, Dir Samapta, Kabid TIK, Kabid Dokkes, hingga Kapolres Bone Bolango. Mereka menunduk diam saat bunga terakhir dijatuhkan ke laut.
Bagi banyak anggota Polri di Gorontalo, HUT Bhayangkara ke-79 kali ini bukan hanya tentang syukuran atau seremoni. Ini adalah refleksi. Tentang bagaimana tugas yang diemban sehari-hari bisa bermakna lebih dari sekadar perintah.
“Kami ingin masyarakat tahu, bahwa pengabdian itu bukan hanya soal seragam dan pangkat. Tapi juga soal keberanian yang kadang tak kembali,” ujar seorang perwira muda yang ikut dalam tabur bunga.
Rangkaian peringatan HUT Bhayangkara ke-79 di Gorontalo masih akan berlanjut dalam bentuk kegiatan sosial, keagamaan, hingga olahraga.
Namun, pagi itu, di atas laut yang tenang, suara paling nyaring adalah kesunyian. Dan di dalamnya, ada rasa hormat yang tulus dari mereka yang masih berdiri, untuk mereka yang telah pergi.