Nusantara

Nou dan Uti, Tradisi Panggilan Anak Gorontalo yang Mulai Tergerus Zaman

×

Nou dan Uti, Tradisi Panggilan Anak Gorontalo yang Mulai Tergerus Zaman

Sebarkan artikel ini
Nou dan Uti, dua mempelai mengikuti prosesi modelo atau membawa pengantin ke kediaman mempelai pria setelah selesai akad nikah pada pernikahan adat Gorontalo/Hibata.id
Nou dan Uti, dua mempelai mengikuti prosesi modelo atau membawa pengantin ke kediaman mempelai pria setelah selesai akad nikah pada pernikahan adat Gorontalo/Hibata.id

Hibata.id – Dalam khazanah budaya Gorontalo, panggilan Nou dan Uti telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas sosial anak laki-laki dan perempuan selama puluhan tahun.

Namun, di tengah arus modernisasi, tradisi ini mulai jarang terdengar di lingkungan masyarakat yang dikenal sebagai “Serambi Madinah”.

Scroll untuk baca berita

Secara harfiah, dalam bahasa Gorontalo, Nou berarti anak perempuan, sementara Uti merujuk pada anak laki-laki.

Panggilan ini tidak sekadar sapaan biasa, melainkan bentuk kasih sayang mendalam dari orang tua kepada anak, serta antar sesama kerabat dekat.

Baca Juga:  Menelusuri Jejak Masa Lalu di Benteng Otanaha Kota Gorontalo

“Panggilan ini biasa digunakan oleh orang tua kepada anaknya, kakak kepada adiknya, atau antar keluarga besar,” kata Saiful, seorang warga Gorontalo yang hingga kini masih mempertahankan penggunaan Nou dan Uti dalam keluarganya.

Menurut Saiful, dalam struktur sosial Gorontalo, sistem panggilan memiliki tingkatan berdasarkan usia dan kedudukan. Nou dan Uti ditempatkan sebagai sapaan penuh keakraban bagi generasi yang lebih muda.

Dalam keseharian, penggunaan panggilan Nou dan Uti mempererat hubungan kekeluargaan, menciptakan suasana penuh kehangatan, sekaligus mempertegas penerimaan seseorang dalam komunitas adat Gorontalo. Tradisi ini juga menjadi media penting dalam mentransmisikan nilai budaya antar generasi.

Baca Juga:  Panggilan 'Ujang' di Budaya Sunda: Simbol Keakraban yang Mulai Tergerus Zaman

Namun, perubahan zaman membawa tantangan tersendiri bagi kelangsungan tradisi ini. Beberapa dekade terakhir, semakin banyak orang tua yang memilih sapaan modern atau bernuansa agama untuk anak-anak mereka.

“Globalisasi dan pengaruh budaya populer melalui media massa menjadi faktor utama perubahan ini. Selain itu, urbanisasi membuat masyarakat cenderung mengadopsi budaya luar,” ujarnya.

Baca Juga:  Lebaran Ketupat Gorontalo, Tradisi Jaton yang Kini Menjadi Milik Bersama

Meskipun demikian, sejumlah keluarga di Gorontalo masih berupaya melestarikan panggilan Nou dan Uti sebagai bentuk penghormatan terhadap akar budaya lokal.

Upaya ini menjadi penting di tengah derasnya arus globalisasi yang kerap menggerus identitas budaya daerah.

Pelestarian istilah Nou dan Uti diharapkan dapat terus dilakukan, agar generasi muda Gorontalo tetap memiliki keterikatan emosional dengan warisan budaya leluhur mereka.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel
Example 120x600