Hibata.id – Jika kalian orang Gorontalo pasti mengenal kue Tiliaya, makanan tradisional khas Gorontalo ini, tidak hanya menjadi simbol warisan kuliner.
Tetapi, olahan satu ini juga merepresentasikan identitas budaya masyarakat di daerah dengan sebutan tanah serambi madinah.
Sejak dahulu, kue ini diwariskan lintas generasi dan menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi adat serta ritual keagamaan.
Kue Tiliaya memiliki peran yang mendalam, tidak sekadar sebagai sajian konsumsi, tetapi juga sebagai media penghubung antara manusia dengan Tuhan, roh leluhur, dan alam sekitar.
“Makanan dalam tatanan masyarakat bukan hanya soal kebutuhan individu, tetapi juga mencerminkan hubungan sosial dan spiritual,” ujar Abdul Demolawa, seorang pemangku adat Gorontalo.
Filosofi Tiliaya
Secara historis, Tiliaya erat kaitannya dengan berbagai perayaan atau musim tertentu. Ketika musim panen melimpah, kue ini sering disajikan dalam ritual adat atau digunakan sebagai sesajen.
Abdul menambahkan, falsafah hidup masyarakat Gorontalo yang dikenal dengan “Adat Bersendikan Syara, Syara Bersendikan Kitabullah” menjadi dasar kuat mengapa tradisi seperti ini tetap dipertahankan.
Tiliaya umumnya hanya disajikan pada upacara adat atau ritual keagamaan tertentu seperti doa arwah (dua aruwa) dan perayaan Islam lainnya.
“Saat doa arwah atau acara besar keagamaan, Tiliaya menjadi salah satu sajian utama,” jelas Abdul.
Proses Pembuatan Tiliaya
Pembuatan Tiliaya tergolong sederhana, dengan bahan utama gula merah, telur, dan santan. Gula merah diiris tipis, lalu dicampur dengan telur dan santan hingga adonan tercampur rata.
Adonan tersebut kemudian dikukus selama 30 menit hingga matang. Untuk menambah aroma, daun pandan sering digunakan sebagai pelengkap sebelum disajikan.
Meski sederhana, kue ini memiliki nilai budaya yang tinggi karena hanya muncul pada acara tertentu, menjadikannya simbol sakral dalam tradisi Gorontalo.
Tiliaya adalah salah satu contoh nyata bagaimana kuliner tradisional berperan menjaga nilai-nilai kearifan lokal. Dalam masyarakat modern, penting untuk terus melestarikan makanan seperti Tiliaya agar generasi mendatang dapat memahami dan menghargai warisan budaya mereka.
Sebagai camilan khas daerah, Tiliaya bukan sekadar kue tradisional, tetapi juga cerminan harmoni antara adat, agama, dan alam yang menjadi inti kehidupan masyarakat Gorontalo.