Hukum

Ka Uwa dan Yosar Ruiba Dinilai Telanjangi Hukum Pohuwato: PETI Merajalela, Polisi Seolah Tak Berdaya

×

Ka Uwa dan Yosar Ruiba Dinilai Telanjangi Hukum Pohuwato: PETI Merajalela, Polisi Seolah Tak Berdaya

Sebarkan artikel ini
Aswad Lihawa, perwakilan Aliansi Pemuda Peduli Lingkungan (APPL), (Foto: Dok. Istw Hibata.id
Aswad Lihawa, perwakilan Aliansi Pemuda Peduli Lingkungan (APPL), (Foto: Dok. Istw Hibata.id

Hibata.id – Nama Ka Uwa dan Yosar Ruiba kini menjadi simbol bobroknya penegakan hukum di Kabupaten Pohuwato. Keduanya disebut berada di balik maraknya aktivitas tambang emas ilegal yang merusak lingkungan sekaligus mempermalukan sistem hukum negara. Mereka tak hanya bebas beroperasi, tapi juga seolah menertawakan aparat penegak hukum yang tampak lumpuh dan tak mampu bertindak.

Aswad Lihawa, perwakilan Aliansi Pemuda Peduli Lingkungan (APPL), menduga Ka Uwa dan Yosar Ruiba sebagai sebagai otak dari tambang ilegal yang selama ini merusak tanah Pohuwato secara terang-terangan. Ia juga mempertanyakan keberanian polisi dalam

Scroll untuk baca berita

“Siapa sebenarnya Ka Uwa ini sampai-sampai polisi pun takut bertindak? Ini bukan isu sembarangan. Ia terang-terangan melakukan aktivitas tambang ilegal, tidak bersembunyi, tidak pakai topeng. Menggerus tanah rakyat demi emas,” tegas Aswad, pada Jumat (25/04/2025).

Baca Juga:  Penyidik Tetapkan 3 Tersangka Dugaan Pemalsuan Dokumen Caleg di Bonebol

Bukan hanya Ka Uwa, nama Yosar Ruiba juga disebut sebagai aktor kunci di balik kelancaran tambang ilegal tersebut. Menurut Aswad, berbagai aksi demonstrasi mahasiswa dan pemuda yang menyoroti peran Yosar pun seakan menguap begitu saja. Tak ada tindak lanjut. Tak ada penindakan. Yang terlihat hanyalah pembiaran.

“Saya curiga ada pembicaraan di balik layar antara aparat dan para pelaku. Jangan-jangan aparat sudah ‘masuk angin’ melihat tambang tetap beroperasi tanpa hambatan,” tambahnya. Aswad bahkan melontarkan kritik pedas, menyamakan aparat penegak hukum di Pohuwato dengan tokoh polisi pengecut dalam film satir lokal.

Baca Juga:  Penyelundupan Rokok Ilegal Berhasil Digagalkan di Perbatasan Gorontalo–Sulteng

“Jangan sampai hukum kita seperti polisi Ladusing dalam film Sifa—penakut, pengecut, tak punya nyali, hanya menonton kejahatan dari jauh tanpa bisa berbuat apa-apa,” ujarnya.

Realita ini tak hanya merusak alam—dengan sungai yang tercemar, air yang beracun, dan lahan rakyat yang digusur—tetapi juga melucuti martabat hukum yang seharusnya melindungi rakyat, bukan justru melindungi para pelaku kejahatan.

Baca Juga:  PETI Balayo Masih Menggeliat, APH Diduga Ikut Main

Alhasil, kepercayaan publik terhadap aparat pun mulai luntur. Ketika hukum hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas, maka aparat tak ubahnya penonton dalam panggung kejahatan. Atas kondisi ini, APPL mendesak Kapolri dan institusi hukum pusat untuk turun tangan. Ia menuntut pembersihan institusi dari dugaan kolusi dan kompromi dengan para mafia tambang.

“Pohuwato bukan milik segelintir orang yang rakus emas. Pohuwato adalah milik rakyat. Dan rakyat tidak boleh terus-menerus dikorbankan,” tutup Aswad.

**Cek berita dan artikel terbaru di GOOGLE NEWS dan ikuti WhatsApp Channel
Example 120x600