Hibata.id – Di Indonesia, bulan Ramadhan selalu disambut dengan berbagai tradisi unik yang mencerminkan keberagaman budaya. Salah satu yang paling menarik adalah tradisi “Tenggeyamo” di Gorontalo.
Tradisi ini merupakan sebuah metode penetapan awal Ramadhan yang telah berlangsung turun-temurun, menunjukkan kekayaan budaya dan kearifan lokal dalam menentukan awal bulan puasa.
Hibata.id akan mengajak Anda lebih dekat mengenal Tenggeyamo, sebuah tradisi yang menggabungkan kepercayaan spiritual dan pengetahuan astronomi dalam menentukan 1 Ramadhan.
Baca Juga:
Ketua DPRD Gorontalo: Penetapan 1 Ramadhan Ikuti Keputusan Pemerintah
Pemerintah Tetapkan 1 Ramadhan 1445 H Jatuh pada Selasa 12 Maret 2024
Polisi Lakukan Tes HIV/AIDS di Tempat Hiburan Malam di Gorontalo
Apa Itu Tenggeyamo?
Tenggeyamo adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo untuk menentukan awal bulan Ramadhan. Kata “Tenggeyamo” berasal dari bahasa setempat yang berarti ‘menyaksikan’ atau ‘mengamati’.
Dalam konteks ini, pengamatan dilakukan terhadap bulan dan bintang di langit malam untuk menentukan awal bulan puasa. Tradisi ini tidak hanya sebatas penentuan awal Ramadhan, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan kebersamaan masyarakat Gorontalo.
Prosesi Tenggeyamo
Tradisi Tenggeyamo dilakukan dengan cara khusus dan penuh makna. Masyarakat Gorontalo, terutama para tokoh agama dan ahli falak, akan berkumpul di tempat yang telah ditentukan, biasanya di tempat yang tinggi dan terbuka, untuk melakukan pengamatan langit. Mereka akan mencari posisi bulan dan bintang tertentu yang dipercaya sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan.
Prosesi ini biasanya dimulai setelah salat Magrib, di mana para peserta akan melakukan doa bersama sebelum memulai pengamatan.
Pengamatan dilakukan dengan mata telanjang, tanpa menggunakan alat bantu optik. Hal ini menunjukkan kepercayaan pada kemampuan alami manusia dan pengetahuan tradisional yang telah diwariskan selama generasi.
Filosofi Tenggeyamo
Di balik proses pengamatan, Tenggeyamo memiliki filosofi mendalam bagi masyarakat Gorontalo. Tradisi ini dianggap sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan mengamati ciptaan-Nya dan mencari tanda-tanda kebesaran-Nya. Tenggeyamo juga menjadi momen untuk merenung dan bersiap secara spiritual menjelang bulan Ramadhan.
Selain itu, Tenggeyamo merupakan manifestasi dari kearifan lokal dalam memanfaatkan ilmu astronomi. Masyarakat Gorontalo menunjukkan bahwa pengetahuan tentang bintang dan bulan tidak hanya milik ilmuwan, tapi juga bagian dari kehidupan spiritual mereka.
Tenggeyamo di Era Modern
Meskipun tradisi Tenggeyamo telah berlangsung selama ratusan tahun, praktik ini tetap relevan hingga era modern. Masyarakat Gorontalo masih melaksanakan Tenggeyamo sebagai bagian dari persiapan menyambut Ramadhan, meskipun penentuan 1 Ramadhan juga dilakukan dengan metode hisab dan rukyat yang lebih modern.
Tradisi Tenggeyamo menjadi contoh bagaimana kearifan lokal dapat bertahan dan tetap memiliki nilai penting di tengah kemajuan zaman.
Ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan menghargai keberagaman cara dalam memahami dan menyambut bulan suci Ramadhan.
Kesimpulan
Tenggeyamo adalah bukti kekayaan budaya dan spiritual Indonesia dalam menyambut bulan Ramadhan. Melalui tradisi ini, kita diajak untuk menghargai kearifan lokal dan mengenal cara-cara unik dalam menentukan awal bulan puasa.
Lebih dari itu, Tenggeyamo mengajarkan kita tentang pentingnya kebersamaan, refleksi diri, dan hubungan yang lebih dekat dengan alam semesta dan Penciptanya.